Sebagai karyawan, pernahkah Anda mendapati penghasilan tak berdaya mencukupi kebutuhan?
Besar pasak daripada tiang terbuka hinggap kepada karyawan dengan penghasilan rutin berupa gaji dan tunjangan.Â
Bilamana besar pasaknya muncul saat momen tertentu melunasi tagihan rumah sakit, mendadak mempercantik tunggangan gegara ditabrak, atau dadakan lainnya, tentunya tak terlalu jadi soal.Â
Bagaimana bila besar pasaknya acapkali tiap bulan, tiap minggu, atau tiap hari? Mungkin Anda butuh jasa konsultan keuangan profesional.
Seminar pengelolaan keuangan bisa saja jadi solusi sebelum menyewa konsultan keuangan profesional.Â
Namun, sebelum ambil langkah tersebut, quote Ustadz Ahmad Syahrin Thoriq, Lc, pengasuh Pondok Pesantren Subulana, Bontang, Kalimantan Timur insya Allah dapat menjadi pilihan solusi tepat.
"Jika telah berkerja keras, namun hanya bergaji kecil, kita pantas untuk berharap Allah Yang Mahakasih menambahkan keberkahan, keselamatan, kesehatan, dan pahala sebagai gantinya. Bila bergaji besar, namun kerja hanya ala kadarnya, seharusnya kita khawatir Allah Yang Mahaadil akan menimpakan kecemasan, kekurangan, penyakit, dan dosa sebagai tebusannya."
Memang quote motivasi kerja senada dengannya banyak tersebar, tetapi quote yang diperoleh dari WhatsApp Group (WAG) SUBULANA I tersebut tidak hanya bernuansa pemberian harapan indah, sebaliknya juga bernuansa ancaman.
Meski kecil besarnya nominal angka gaji seseorang sering kali jadi bahan perdebatan, tentunya ada perbandingan lain sebagai standardisasi untuk menyadarkan gaji yang diterima termasuk kecil atau besar.
Sederhananya, cukup dengan kerja keras, baik yang bergaji kecil maupun yang bergaji besar, insya Allah keberkahan, keselamatan, kesehatan, dan pahala bakal didapat. Tentunya syarat dan ketentuan berlaku.Â
Kerja keras di sini tidak termasuk kerja korup. Korup yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online diartikan (1) buruk, rusak, busuk dan (2) suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi) tak layak berharap keberkahan, keselamatan, kesehatan, dan pahala.
Yang layak berharap keberkahan, keselamatan, kesehatan, dan pahala adalah kerja keras yang dijadikan implementasi ibadah, kerja keras sebagai salah satu unsur integritas, dan kerja keras yang dilakukan demi kebaikan dan perbaikan.
Sebaliknya, kerja dengan ala kadarnya tanpa ada kemauan, motivasi, dan usaha memberikan yang terbaik, silakan bersiap dengan kecemasan, kekurangan, penyakit, dan dosa manakala sudah bergaji besar.
Tak guna berselimut dalam keluhan, tak perlu bermain playing victim sebagai korban pendzoliman institusi atau perusahaan, juga tak elok bercermin pada objek di atas.
Lakukan saja apa yang menjadi tugas fungsi kita sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya yang mampu lakukan. Kreativitas dan inovasi akan menjadi nilai tambah yang tak akan sia-sia.
Sangat sejalan dengan apa yang diucapkan oleh Menteri Keuangan kepada para pegawai Kementerian Keuangan pada Kick-off Duta Transformasi Kementerian Keuangan 2021, tanggal 31 Maret 2021,
"Setiap waktu yang dilalui harus dijadikan ladang ibadah untuk melakukan kebaikan dan perbaikan. Hal ini juga merupakan cara menunjukkan cinta kepada bangsa, negara, dan generasi yang akan datang."
Ibadah, kebaikan, dan perbaikan menjadi beberapa kata kunci dalam kalimat Menteri Keuangan tersebut. Ibadah menjadi pilihan landasan motivasi demi mencapai hasil yang ditarget, yaitu tidak hanya kebaikan, tetapi juga sekaligus perbaikan.
Dengan kerja keras, juga kerja cerdas yang dibalut ibadah insya Allah keberkahan, keselamatan, kesehatan, dan pahala akan menghiasi kehidupan kita berupa kecukupan penghasilan, insya Allah tak akan terjadi besar pasak daripada tiang.Â
Selain itu, di depan kita juga akan hadir bonus berupa cinta, cinta kepada bangsa, negara, dan generasi yang akan datang termasuk anak cucu keturunan. Itulah cara memaknai ucapan Menteri Keuangan di atas.
Kini, Anda yang tentukan pilihan atas kehidupan Anda sendiri, apakah akan kerja keras dan kerja cerdas dibalut ibadah? Atau kerja hanya ala kadarnya? Yakinlah, masing-masing pilihan terkandung konsekuensi. Empiris sungguh telah membuktikan hal itu.
**
Terima kasih. Semoga bermanfaat, aamiin.
**
Ditulis selesai oleh Darmawan bin Daskim 4 jam setelah mendapat disposisi dari Bu Kabid Kepatuhan Internal untuk membuat tulisan seputar pesan Bu Menteri Keuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H