Fenomena Idol K-Pop
Korea Selatan dikenal sebagai negara yang telah mencapai kemajuan dalam mempromosikan produk budaya populernya dalam skala global, salah satunya berasal dari industri musik dan industri hiburan. Fenomena global ini disebut juga sebagai Hallyu atau Korean Wave yang dimulai sejak tahun 1990-an (Kanozia & Ganghariya, 2021; Kim, 2019). Popularitas budaya K-Wave telah menyebar ke seluruh dunia. Organisasi Korean Foundation (KF) mencatat bahwa penggemar K-Wave di 116 negara mencapai jumlah 156,6 juta pada 2021 (KBS World Indonesian, 2022).
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena fenomena K-Wave dan telah meningkat popularitasnya dalam 10 tahun terakhir (Triadanti, 2019). Di sisi lain, Indonesia juga tercatat sebagai negara yang memiliki penggemar K-Pop dan juga membahas K-Pop terbanyak di sosial media X (Twitter) pada tahun 2021 (Anonim, 2022; Alifah, 2022). Dengan kemudahan teknologi pada saat ini, berbagai artis seperti boygroup, girlgroup, atau band yang telah lama debut atau baru debut muncul setiap tahun dengan beragam lagu dan performance di atas panggung. Tak hanya itu, beragam konten mengenai idol juga dihadirkan di akun resmi dalam situs seperti YouTube untuk menarik minat para penggemar.
Partisipasi Penggemar Zerobaseone
Adanya perilisan konten mendorong kapasitas penggemar online untuk terlibat, bekerja sama dan menjalin ikatan dengan idola dan penggemar lainnya (Kim & Kim, 2017). Penggemar juga secara bebas mengekspresikan diri sebagai penggemar, salah satunya menuangkan kreatifitas yang dimiliki berkaitan dengan idola mereka di sosial media (Dinar et al, 2022). Penggemar telah mulai membuat konten sendiri dengan aksesibilitas produksi yang tersedia (Kanozia & Ganghariya, 2021). Namun, terdapat kemungkinan bahwa kreatifitas penggemar dalam membuat sesuatu akan mengaburkan batas antara produsen dan konsumen dalam industri kreatif. Bentuk dari kerja kreatif yang dilakukan penggemar juga menimbulkan dampak negatif, seperti ketidakpastian, mengeksploitasi diri, dan tidak dibayar dengan layak (Flew, 2013 dalam Sun, 2020).
Salah satu boygroup yang akan merilis mini album pada bulan Juli 2023 adalah Zerobaseone atau disingkat sebagai ZB1. Zerobaseone dibentuk oleh sebuah program survival Mnet berjudul Boys Planet dan beranggotakan sembilan orang. Zerobaseone telah dijadwalkan untuk melakukan debut resmi pada 10 Juli dan akan beraktivitas selama dua tahun enam bulan (Nelsy, 2023). Sebelum debut, Zerobaseone tidak banyak memiliki konten resmi, sehingga penggemar Zerobaseone yang bernama Ze_Rose telah membuat beragam konten dan banyak menyarankan ide baru. Lalu, saat talk show pertama Zerobaseone setelah final Boys Planet ditayangkan, salah satu anggota menyebut julukan yang banyak diketahui oleh penggemar di X (Twitter). Hal ini kemudian menimbulkan kehebohan bagi para penggemar.
Usai kejadian tersebut, terjadi sebuah fenomena dari meme yang diciptakan penggemar yaitu “Jebewon is watching” (ZB1 dalam bahasa Korea diucapkan sebagai Jebewon) sebagai pengingat bahwa anggota memantau kegiatan penggemar di sosial media. Namun, tak hanya itu, dalam konten resmi Zerobaseone seperti live ulang tahun di Instagram dan cuplikan reality show juga ditemukan penggunaan preferensi yang sama dengan postingan penggemar Indonesia di X (Twitter). Dengan berdasarkan penjabaran pada latar belakang kasus, analisis ini akan dilakukan terkait keterlibatan penggemar Indonesia melalui konten resmi Zerobaseone dengan konsep free labour yang digagas oleh David Hesmondhalgh, kemudian didukung oleh konsep produsage sebagai salah satu klaim dalam digital optimist yang juga digagas Hesmondhalgh.
Free Labour dan Produsage
Dalam pemikiran industri budaya di era digital, banyak perusahaan yang semakin melibatkan pengguna dan juga konsumen mereka (Hesmondhlagh, 2010). Hal ini sejalan dengan Beverungen et al (2015), dimana kapitalis semakin bergantung pada tenaga kerja yang tidak dibayar dan diawasi secara tidak langsung melalui jarak jauh. Karena sifatnya, free labour didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan tanpa bayaran, serta dimanfaatkan dan diuntungkan (Jin, 2015).
Memanfaatkan kreativitas, mempekerjakan profesional untuk mengelolanya, dan kemudian memutuskan bahwa kreativitas harus menjadi bagian dari produksi budaya merupakan kontribusi free labour dalam industri budaya (Hesmondhalgh, 2010). Menurut Terranova (2004), free labour dilihat sebagai sumber nilai penting, namun nilai ini tidak dihargai dalam masyarakat kapitalis maju. Free labour di era digital dapat berupa pengembangan situs web, modifikasi perangkat lunak, berkontribusi terhadap grup diskusi di internet, hingga membentuk ruang virtual (Hemondhalgh, 2010).
Di sisi lain, perkembangan digitalisasi menurut Hesmondhalgh (2010) telah memunculkan fenomena produksi amatir dan semi profesional dalam bentuk Blog, Wikipedia, citizen journalism, dan permainan yang interaktif. Pada klaim digital optimist, Bruns (2008) dalam Hesmondhalgh (2010) memandang produksi dan konsumsi sebagai konsep kuno dalam era digital yang memiliki kemudahan dalam akses informasi. Sistem komunikasi peer-to-peer dan many-to-many digunakan untuk menghindari organisasi yang tradisional. Kemudian, konsumen dinilai dapat menjadi produsen dan distributor budaya, di mana menghasilkan bentuk baru sebagai produsage (production dan use).
Analisis Free Labour dan Produsage pada Konten Pre-debut Zerobaseone
Proses analisis ini akan dilakukan pada data yang telah dikumpulkan penulis dengan teknik observasi. Penulis melakukan analisa data dengan tujuan mengidentifikasi, membahas data yang telah didapatkan, dan menemukan keterkaitan pada fenomena free labour. Penulis memilih untuk menganalisis tiga menfess (mention confess) anonim yang diposting otomatis pada tanggal 15 Mei, 31 Mei dan 6 Juni 2023. Menfess dikirim oleh pengirim pesan melalui akun auto base @zb1area yang khusus membahas Zerobaseone di platform X (Twitter). Ketiga menfess yang telah dipilih penulis memiliki kesamaan, yaitu melampirkan bukti bahwa Zerobaseone menggunakan referensi yang dibuat oleh penggemar berupa hasil ide, asumsi teori, dan foto yang telah diedit. Referensi ditampilkan dalam beberapa produksi konten untuk reality show, live Instagram dan juga tema pemotretan ulang tahun anggota Zerobaseone. Ketiga menfess ini kemudian akan dianalisis keterkaitannya dengan pandangan Hesmondhalgh mengenai free labour.
zb! aku sebagai sender yg sama dengan tweet di bawah mengucapkan GWS UNTUK KITA SEMUA DAN MOHON MAAF YG SEBESAR2NYA. soalnya gue takut bgt ini klo dikabulin bneran ya gusti😭 padahal cuma live dan bukan gym vlog bneran tpi kek bjir takut bgttttt, nyesel punya (cont..) https://t.co/EcZjnbOu3P pic.twitter.com/D7oSx1sJBl— ZB1 AREA. (@zb1area) May 28, 2023
Postingan menfess pada tanggal 28 Mei menampilkan tiga anggota Zerobaseone, yaitu Park Gun Wook, Seok Matthew, dan Kim Ji Woong yang membahas gym saat melakukan live Instagram untuk merayakan ulang tahun Seok Matthew. Selain itu, penggemar anonim tersebut juga menulis permintaan maaf dalam isi menfessnya, karena menfess lain yang sebelumnya telah ia kirim tanggal 15 Mei telah membahas konten Zerobaseone yang ia inginkan. Kemudian hal ini menjadi kenyataan pada 28 Mei meskipun bukan dalam bentuk gym vlog.
zb! MAJU LO SINI YG NGEDIT!!!😭😭😭😭😭 pic.twitter.com/AX8BjeRmnG— ZB1 AREA. (@zb1area) May 31, 2023
Postingan menfess pada tanggal 31 Mei membahas mengenai foto salah satu anggota Zerobaseone yang bernama Zhang Hao diedit oleh penggemar Indonesia dengan menggunakan jas dan latar belakang biru. Foto ini diketahui berasal dari foto profil yang dirilis agensi sebagai konten pertama dari Zerobaseone. Kemudian, dalam beberapa saat setelah editan pasfoto menyebar di kalangan fans, terdapat sebuah foto yang diambil oleh penggemar Korea saat Zerobaseone diketahui sedang melakukan produksi konten untuk reality show.
zb! GUYS BACA TULISAN YG DI ATAS, JEBEWAN IS WATCHING IS RILL😭 pic.twitter.com/rsep6ohDEL— ZB1 AREA. (@zb1area) June 6, 2023
they use greek mythology concept?
God of Wine God of Love
Dionysus Eros (Cupid) pic.twitter.com/f9DO8bztCa— 🌱 (@ZHANGH0A) May 27, 2023
Terakhir, postingan menfess pada tanggal 6 Juni membahas mengenai penggunaan konsep Greek Mythology dalam tema pemotretan dalam rangka merayakan ulang tahun anggota Zerobaseone yang bernama Seok Matthew. Dalam foto pemotretan yang dirilis agensi WakeOne Entertainment melalui portal web, kata Greek Mythology dicantumkan sebagai kalimat untuk mendeskripsikan tema Cupid yang digunakan oleh Seok Matthew. Sebelumnya, seorang penggemar dari Indonesia membuat sebuah utas mengenai asumsi penggunaan konsep Greek Mythology pada dua foto ulang tahun anggota Zerobaseone Ricky dan Seok Matthew di X (Twitter). Utas ini kemudian menjadi patokan penggemar untuk memprediksi konsep yang akan digunakan anggota lain saat berulang tahun.
Jika dilihat dari perspektif free labour, penggemar melakukan pekerjaan konten yang bervariasi daripada konten resmi Zerobaseone. Dalam beberapa kesempatan, konten resmi menggunakan kreativitas penggemar dengan memunculkan hasil pekerjaan dan dimodifikasi ke berbagai bentuk yang lebih tertata. Sejalan dengan paparan Hesmondhalgh (2010) mengenai kontribusi free labour dalam industri budaya, di mana diawali dari menggunakan kreativitas dari orang lain, memperkerjakan ahli untuk mengelola, dan kemudian menegoisasikan kreativitas untuk dijadikan sebagai inti dari produksi budaya. Tenaga kerja yang dilakukan penggemar K-Pop ini dipandang sebagai tenaga kerja non-materi yang menciptakan produk non-materi berkaitan dengan K-Pop. Perusahaan sebagai pihak kapitalis selalu menuai keuntungan dari tenaga kerja kreatif penggemar tanpa perlu memberi bantuan atau timbal balik seperti membayar gaji (Sun, 2020).
Penggemar tidak menyadari hal yang telah dimanfaatkan agensi dalam proses produksi konten, dan justru membuat fenomena Jebewon is Watching dengan berbagai tanggapan, seperti ekspresi senang, takut, dan bangga. Dalam pekerjaan penggemar ini menunjukkan bahwa kesenangan penggemar dan eksploitasi industri dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Stanfill & Condis, 2014 dalam Sun, 2020). Di sisi lain, jika ditelisik lebih jauh, agensi tentu telah mempersiapkan konsep yang akan digunakan sejak lama, misalnya seperti konsep dalam ulang tahun Ricky dan Seok Matthew. Namun tidak diketahui dengan pasti apakah konsep tersebut murni dari pemikiran pekerja di agensi, atau telah mengalami perkembangan dan modifikasi berdasarkan hasil pantauan pada postingan kreativitas penggemar.
Dari ketiga menfess tersebut, dapat dilihat bahwa penggemar tidak hanya aktif sebagai konsumen dari informasi terbaru Zerobaseone, namun juga memproduksi sendiri konten amatir dalam bentuk foto dan tulisan. Penggemar dipandang sebagai produsen yang mampu membuat konten kreatif dari satu sumber konten resmi yang dirilis oleh agensi, di mana bertujuan untuk dikonsumsi oleh diri sendiri dan disebarkan kepada orang lain melalui menfess anonim. Hal ini sejalan dengan paparan Hesmondhalgh (2010) yang menyatakan bahwa dalam era di mana informasi telah tersedia secara luas melalui akses digital, konsumen dapat menciptakan sebuah produksi sebagai produsen dan distributor budaya. Aktivitas konsumen dalam berperan menjadi produsen dan distributor budaya cenderung didasari oleh keinginan dalam bersenang-senang dan juga kerja sama.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap tiga menfess anonim Ze_Rose Indonesia dari auto base @zb1area mengenai pemanfaatan kreativitas konten penggemar dalam konten resmi Zerobaseone, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kerja kreatif penggemar sesuai dengan pemikiran free labour oleh Hesmondhalgh jika dilihat dari dekat. Namun, jika dilihat secara mendalam, free labour pada penggemar ini bisa tidak sepenuhnya berlaku. Hal ini dapat terjadi karena proses rancangan konten yang dibuat oleh agensi sulit untuk diketahui dan tidak ditampilkan ke publik. Perlu dikaji lebih jauh bagaimana keterlibatan agensi saat pra-produksi konten berlangsung, misalnya seperti menampilkan perilisan video yang berisi diskusi Zerobaseone dan staff di ruang rapat. Selain itu, keterlibatan penggemar sebagai produsage budaya juga dapat dianalisis melalui berbagai konten amatir yang diciptakan dan diposting secara bebas untuk kebutuhan konsumsi.
Referensi
Alifah, N. N. (2022, Sep 22). Indonesia Jadi Negara dengan Fans K-Pop Terbanyak di Dunia. Goodstats.id. Retrieved June 10, 2023 from https://goodstats.id/article/indonesia-masuk-peringkat-pertama-dengan-fans-k-pop-terbanyak-di-dunia-6w71d.
Anonim. (2022, Jan 26). Indonesia Jadi Negara dengan K-Poper Terbesar di Twitter". CNN Indonesia. CNN Indonesia. Retrieved June 10, 2023 from https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220126202028-227-751687/indonesia-jadi-negara-dengan-k-poper-terbesar-di-twitter.
Anonim [@zb1area]. (2023). zb! aku sebagai sender yg sama dengan tweet di bawah mengucapkan GWS UNTUK KITA SEMUA DAN MOHON MAAF YG SEBESAR2NYA [Posting]. X. https://x.com/zb1area/status/1662756849886830593?s=20.
Anonim [@zb1area]. (2023). zb! ini konten yg aku mau banget liat zb1 lakuin dimasa depan, ayo tambahin kalian mau liat anak anak ngapain [Posting]. X. https://x.com/zb1area/status/1658020642795687936?s=20.
Anonim [@zb1area]. (2023). zb! MAJU LO SINI YG NGEDIT!!! [Posting]. X. https://x.com/zb1area/status/1663773549470027777?s=20.
Anonim [@zb1area]. (2023). zb! GUYS BACA TULISAN YG DI ATAS, JEBEWAN IS WATCHING IS RILL [Posting]. X. https://x.com/zb1area/status/1666032182945787904?s=20.
Anonim [@ZHANGH0A]. (2023). they use greek mythology concept? God of Wine God of Love Dionysus Eros (Cupid) [Posting]. X. https://x.com/ZHANGH0A/status/1662475338809769985?s=20.
Beverungen, A., Böhm, S., & Land, C. (2015). Free labour, Social Media, Management: Challenging Marxist Organization Studies. Organization Studies, 36(4), 473–489. https://remote-lib.ui.ac.id:2075/10.1177/0170840614561568.
Dinar, R. E., Abidin, Z., & Rifai, M. (2022). Fan Culture dan Perkembangan Kreativitas Remaja Kpopers. JPI: Jurnal Politikom Indonesiana, 7(1), 113-129. https://doi.org/10.35706/jpi.v7i1.6863.
Hesmondhalgh, D. (2010). User-generated content, free labour and the cultural industries. Ephemera: theory & politics in organization, 10(3/4), 257-284.
Jin, D. Y. (2015). Critical analysis of user commodities as free labour in social networking sites: A case study of Cyworld. Continuum, 29(6), 938-950. 10.1080/10304312.2012.664115.
Kanozia, R., & Ganghariya, G. (2021). Cultural proximity and hybridity: popularity of Korean pop culture in India. Media Asia, 48(3), 219-228, DOI: 10.1080/01296612.2021.1902079.
KBS World Indonesian (2022, March 4). Penggemar Global Hallyu Lampaui 150 Juta Orang, Menunjukkan Peningkatan Pesat. KBS World Indonesian. Retrieved June 10, 2023 from https://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=i&Seq_Code=66020.
Kim, G. M. (2019). ‘Do they really do that in Korea?’: multicultural learning through Hallyu media. Learning, Media and Technology, 44(4), 473-488, DOI: 10.1080/17439884.2019.1620768.
Kim, M. S., & Kim, H. M. (2017). The effect of online fan community attributes on the loyalty and cooperation of fan community members: The moderating role of connect hours. Computers in Human Behavior, 68, 232-243. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.11.031.
Long, P., & Wall, T. (2012). Media Studies: Text, Production, Context (2nd ed.). Routledge.
Nelsy, N. (2023, June 7). ZEROBASEONE Umumkan Tanggal debut dengan Teaser ‘Youth in the Shade’. Kvibes.id. Retrieved June 10, 2023 from https://news.kvibes.id/k-pop/8719050055/zerobaseone-umumkan-tanggal-debut-dengan-teaser-youth-in-the-shade.
Sun, M. (2020). K-pop fan labor and an alternative creative industry: A case study of GOT7 Chinese fans. Global Media and China, 5(4), 389–406. https://doi.org/10.1177/2059436420954588.
Triadanti, T. (2019, Feb 6). Jadi Gaya Hidup, Benarkah Fans KPop Kaya Raya atau Cuma Modal Kuota?. IDN Times. Retrieved June 10, 2023 from https://www.idntimes.com/hype/entertainment/danti/jadi-gaya-hidup-benarkah-fans-kpop-kaya-raya-atau-cuma-modal-kuota?page=all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H