Kata sumpah adalah suatu kata untuk meyakinkan sebuah perbuatan, baik perbuatan yang benar-benar dilakukan atau yang tak dilakukan sehingga menjadi kata yang sakral menurutku, namun masih banyak arti lagi tentang kata sumpah.
Mengapa judul diatas mengandung peringatan “jangan sembarangan” karena jika kita bersumpah atau menyumpahi orang lain, biasanya disaksikan orang lain, Tuhan, Malaikat, juga makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang tak kasat mata, Jin atau setan.
Ketika kita melakukan perbuatan benar dan bersumpah bahwa itu benar, tidaklah masalah, tapi jika itu benar, untuk apa kita harus bersumpah untuk menegaskan bahwa itu memang benar ?
Sebaliknya jika kita salah dan tak mengakui kesalahan kita atau mengelak, sampai kita harus mengatakan kata sumpah itu sendiri, maka ini yang tak boleh sembarangan diucapkan.
Sebuah cerita tentang bersumapah untuk mengalak terhadap sesuatu perbuatan yang tak patut ditiru sbb :
Namanya Warsini, ia berselingkuh dengan pria lain bukan suaminya, dan ketika ditanya dihadapan orang banyak, ia bersumpah “Aku wani tanganku buntung yen aku selingkuh” saya berani jari tangan buntung jika aku berselingkuh, padahal Warsini benar berselingkuh dengan laki-laki lain, singkat cerita Warsini mengandung dari hasil berselingkuh itu, lalu ketika bayinya lahir, betapa terkejutnya Warsini mendapati anak bayi laki-lakinya tak mempunyai jari di tangan kanan dan kirinya, sumpah itu tak berakibat langsung kepada Warsini tapi kepada anak hasil perselingkuhannya, Warsini tak mau merawat dan menyusui sang bayi, dan akhirnya sang bayi meninggal dalam usia empat bulan, itu benar-benar terjadi ( True Story ).
Cerita tentang menyumpahi orang lain yang teraniaya atau orang yang tak bersalah sbb :
Namanya Warmini, ia membenci Santi, suatu saat ketik Santi hamil tua, karena kebencianya kepada Santi hingga Warmini menyumpahi Santi “ sesok mugo-mugo laire di caesar, njur le-mbeleh kebablasen tekan dodo” besok kalau kamu melahirkan mudah-mudahan di caesar dan memotongnya keterusan sampai dada, sebuah kata menyumpahi yang tak baik untuk wanita hamil yang dibencinya entah apa penyebabnya.
Enam bulan berikutnya anak Warmini namanya Rani menelpon Santi sambil menangis,
“Bu kulo nyuwun ngapuro menawi wonten salah kulo” Bu saya minta maaf jika ada salah kata Rani, anak Warmini melalui telpon.
“Lha onten nopo to mbak” lha ada apa to mbak, sahut Santi
“Lha niki kulo ken nyuwun ngapuro kalian mbah ( dukun urut bayi ) teng njenengan mergi gadah lepat”. Ini saya disuruh munta maaf kepada mbah, karena mempunyai salah.
Lalu terdengar di sebelah Rani, mbah dukun mengtakan bahwa yang harus meminta maaf adalah Warmini terhadap Santi, kata mbah dukun bayi itu, ia sudah berusaha membuat posisi bayi yang sudah genap sembilan bula dalam kandungan Rani supaya posisinya benar kepala ke bawah, tapi selalu saja gagal hingga mbah dukun itu berkata, Ibumu dulu pernah menyumpahi Santi, ketika Santi hamil tua.
“ Bu kulo pengin ngertos mamak kulo nyumpahi nopo to kalian Ibu” Bu saya pingin tahu Ibu saya menyumpahi apa kepada Ibu,kata Rani didalam telpon.
Ya mbak tapi aku ingin telponya di loud speker supaya yang ada disitu mendengarnya, gini mbak, dulu waktu aku hamil tua, aku mendapat sms dari mbak Warmini yang bunyinya “ sesok mugo-mugo laire di caesar, njur le-mbeleh kebablasen tekan dodo” besok kalau kamu melahirkan mudah-mudahan di caesar dan memotongnya keterusan sampai dada.
Lalu lewat telpon juga Warmini meminta maaf kepada Santi meski masih dengan nada tak iklas, namun Santi tetap saja memaafkannya.
Satu minggu kemudian ketika dilakukan USG bayi Rani sudah pada posisi yang benar, yakni kepala dibawah siap untuk lahir normal.
Saat ini bayi Rani sudah lahir dengan selamat dan sehat meski dengan cara Operasi Caesar.
Salam
S. Drmaji 09 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H