Mohon tunggu...
darma ismayanto
darma ismayanto Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu seperti pisau, harus terus diasah agar semakin tajam

Pecinta makanan berbumbu kacang, yang jatuh cinta pada puisi Chairil, karya-karya Pramoedya dan Ahmad Tohari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Ibu dalam Ingatanku

6 Desember 2020   07:38 Diperbarui: 6 Desember 2020   07:41 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Darma, sumber gambar: freeiconspng

Ibu segera mengajak saya ke rumah adik iparnya, Matsuri. Saya biasa memanggilnya mas Mat. Ia dosen di Universitas Indonesia. Ia juga menjadi ketua wali murid di SDN Bina Bangun, kebetulan beberapa anaknya sekolah di SD tersebut.

Letak rumah mas Mat, cukup dekat dengan SD Bina Bangun. Untung ia masih di rumah. Belum berangakat mengajar. Setelah mendengar penjelasan dari ibu, Mas Mat, saya dan ibu menemui kepala sekolah.

Lancar. Saya masuk sekolah tanpa ada alasan apa-apa lagi. Untuk urusan sekolah ibu memang tidak pernah main-main. Bagaimana pun caranya, ia akan memperjuangkan agar anak-anaknya dapat tetap bersekolah. Termasuk menjadi diplomat yang ulung saat anak terkena masalah di sekolah.

Pernah suatu kali, kaka laki-laki saya membuat masalah di sekolah. Ia bolos bersama teman-temannya. Ibu pun dipanggiil. Oleh wali kelasnya ibu disodori secarik surat perjanian, bila kakak mengulangi lagi kesalahannya, maka akan dikeluarkan dari sekolah.

Orang tua lain yang anaknya ikut membolos, dengan ringannya menandatangani, hanya ibu yang tidak. Ibu tetap bersikap tenang.

"Anak saya masih remaja pak, masih kelas satu SMA. Tentu atas kesalahannya saya akan memarahinya. Tapi, di usianya yang masih remaja apa iya dia tidak akan melakukan kesalahan lagi.  Lalu saat anak saya melakukan kesalahan, bapak akan dengan mudah mengeluarkannya. Saat dikeluarkan, masa depannya sudah pasti akan suram. Saya menolak menandatangani. Kita sama-sama pendidik pak, saya mendidik di rumah, bapak di sekolah. Mari sama-sama mendidik, agar dia menjadi anak yang baik dan bermasa depan cerah," kata ibu.

Maka bersihlah kertas penjanjian itu dari tanda tangan ibu. Ibu adalah seorang negosiator yang ulung.

Sebagai seorang ibu dari lima orang anak, dua perempuan dan tiga laki-laki. Ibu memang sudah terbiasa mengurus berbagai macam permasalahan anaknya. Baik di sekolah maupun di luar. Bapak tidak pernah ikut campur.

Ibu sekolah pertamaku. Ia memberikan contoh, bahwa akal harus selalu diutamakan. Saat ada masalah hadapi dengan tenang. Jangan mengutamakan otot dan emosi. Atau bertindak menjadi pengecut, dengan kabur dan berlari.

Tumbangnya Pohon Asem

Ilustrasi: Darma, Sumber: freepngimg
Ilustrasi: Darma, Sumber: freepngimg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun