Mohon tunggu...
darma ismayanto
darma ismayanto Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu seperti pisau, harus terus diasah agar semakin tajam

Pecinta makanan berbumbu kacang, yang jatuh cinta pada puisi Chairil, karya-karya Pramoedya dan Ahmad Tohari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Ibu dalam Ingatanku

6 Desember 2020   07:38 Diperbarui: 6 Desember 2020   07:41 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Darma, sumber gambar: freeiconspng

Untuk itu, mesti gaji bapak sebagai seorang sopir tidaklah besar, tidak ada anak-anak ibu yang putus sekolah. Minimal sampai sekolah menengah atas.

Ibu adalah seorang yang teguh. Ia lebih memilih melakukan penghematan secara ketat ketimbang meminjam uang dan menyusahkan orang lain. Ia akan mengesampingkan semua hal yang tidak penting, dan fokus dengan apa yang menjadi prioritas.

Ya itulah ibu.Ibu sekolah pertama ku.

Sikapnya itu, kini turut memengaruhi ku. Dalam berbagai hal, saya selalu berusaha untuk fokus dan mengutamakan hal-hal yang menjadi prioritas. Sikap tidak ingin bergantung dan menyusahkan orang lain sudah terapkan sedari kecil. Dari sisi ekonomi, saya selalu berusaha untuk menabung. Menyiapkan dana cadangan yang tidak dapat diganggu, sehingga saat terjadi hal yang mendesak dapat saya gunakan, tanpa perlu meminjam dan merepotkan orang.

Terbiasa menentukan hal-hal yang menjadi prioritas, hal ini sangat membantu saya dalam bekerja. Saat pekerjaan sedang menumpuk, saya tak pernah kerepotan menentukan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Dengan cepat saya akan dapat menentukannya. Saat bekerja saya juga selalu berusaha untuk fokus. Saya akan menghindari menyelingi dengan hal-hal yang tidak penting, seperti bermain sosial media atau games. 

Ibu sekolah pertamaku, dan aku belajar begitu banyak darinya.  

SDN Bina Bangun dan Perumahan Bumi Jatiwaringin

Ilustrasi: Darma, Sumber: freepngimg
Ilustrasi: Darma, Sumber: freepngimg

Pondok Gede, Bekasi di medio 1980-an. Bangunan bersejarah berupa pondok besar yang menjadi cikal-bakal nama daerah Pondok Gede masih berdiri saat itu. Belum dirobohkan dan berganti menjadi mal.  Tapi di daerah Bumi Jatiwaringin sudah berdiri perumahan, yang letaknya berdekatan dengan SDN Bina Bangun, tempat saya pertama kali menuntut ilmu secara formal.

Masih sangat membekas dalam ingatan, saat pertamakali datang ke sekolah bersama ibu. Berseragam merah putih serba-baru, rambut belah pinggir yang tertutup topi dan termos minuman yang tergantung di dada, saya percaya diri untuk mulai belajar di sekolah hari itu.

Setelah ikut mengantre di depan kelas bersama anak lain, nama saya tidak dipanggil-panggil juga oleh ibu guru untuk memasuki kelas. Bahkan setelah antrean habis. Tak kunjung dipanggil.

Ibu panik. Dibawanya saya saya ke ruang kepala sekolah. Kepala sekolah beralasan saya masih terlalu kecil. Padahal bukan itu, hanya karena ada urusan administrasi yang belum terlunasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun