Mohon tunggu...
Darlenia Marvella Sjofian
Darlenia Marvella Sjofian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trisakti School of Management (STIE Trisakti)

3rd Year Student

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengetahui Pentingnya Budaya Risiko dari Bencana Erupsi Gunung Semeru

14 Desember 2021   23:08 Diperbarui: 14 Desember 2021   23:41 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pakar geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo, menyebut kondisi Semeru saat terjadi guguran lava dan awan panas berada pada level 2 atau waspada, sehingga tidak ada erupsi yang terdeteksi dari pos pantau. Amien mengatakan, perlu adanya peralatan lain yang mengamati pergerakan di puncak gunung berapi, sehingga aktivitas seperti longsoran dapat terdekteksi dan diketahui oleh masyarakat di desa-desa sekitarnya.

dampak-erupsi-gunung-semeru-3-169-61b8be923a18153fc07148a2.jpeg
dampak-erupsi-gunung-semeru-3-169-61b8be923a18153fc07148a2.jpeg
Peningkatan aktivitas di Gunung Semeru masih mungkin terjadi, sehingga perlu ada evakuasi dan relokasi permukiman penduduk di lokasi rawan bencana. Saat ini evakuasi masih berlangsung karena sejumlah desa tertimbun material gunung berapi. Gubernur Khofifah mengatakan bahwa early warning system sebenarnya sudah berjalan, dari PVMBG di Gunung Sawur juga dan koordinator penambang sudah terkonfirmasi. Selain itu, juga sudah terdapat papan untuk mengetahui jalan ini adalah jalur evakuasi.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak risiko lanjutan akibat erupsi gunung berapi, salah satunya Gunung Semeru. Pertama, curah hujan di puncak harus dipantau secara real time dan seksama. Hujan dengan intensitas tinggi merupakan salah satu faktor pemicu turunnya lahar dingin. Lengseran lahar dingin terjadi ketika material gunung berapi tidak mampu menahan beban kemudian longsor bersamaan dengan air hujan mengalir ke sungai. Kedua,  memastikan kantong lahar di sungai yang berhulu dari Semeru berfungsi dengan baik. Karena jika tidak bisa, lahar ini berpotensi untuk meluber ke kanan-kiri sungai dan membahayakan permukiman warga. 

1463309724-61b8befb06310e5a31536ac2.jpg
1463309724-61b8befb06310e5a31536ac2.jpg
Kita semua harus menyadari bahwa ancaman bahaya sekunder tidak kalah mematikan dan merugikan dari ancaman bahaya primer. Jenis risiko ini nyata dan harus diintegrasikan dalam rencana kesiapsiagaan gunung berapi secara keseluruhan dan sistem peringatan. Ancaman bahaya sekunder harus dipantau sebagai bagian integral dari tata kelola risiko gunung berapi, dan harus diperlakukan sama seriusnya dengan ancaman bahaya primer. Pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama membangun sistem peringatan dini gunung berapi yang berpusat pada masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dalam peran mengelola risiko gunung berapi dan sistem peringatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan PVMBG harus bekerja sama dengan dan bagi masyarakat untuk melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana tersebut.

Usaha yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi dampak dari bencana gunung meletus adalah dengan melakukan upaya mitigasi yang dilakukan dengan penguatan kapasitas masyarakat melalui kegiatan wajib latih penanggulangan bencana. Selalu bersikap waspada, terlebih bagi masyarakat yang berada di sekitar gunung tersebut. Selalu siaga apabila terdengar suara gemuruh atau terasa gempa vulkanik. Dengan memasang sikap siaga maka kita selalu siap apabila sewaktu-waktu terjadi bencana alam.

92187-ilustrasi-merapi-61b8c7ab06310e0e50106f72.jpg
92187-ilustrasi-merapi-61b8c7ab06310e0e50106f72.jpg
Selain waspada, kita juga harus selalu merencanakan evakuasi dan menyiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan seperti senter, baterai, obat-obatan, makanan dan minuman, serta berbagai perlengkapan seperti masker dan kacamata. Tempat mengungsi juga termasuk hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dan sebagai salah satu upaya penyelamatan demi mengurangi dampak negatif dari meletusnya gunung berapi. Tempat yang aman untuk mengungsi adalah tempat yang jaraknya jauh dari puncak gunung api, sehingga akan jauh dari jangkauan material gunung berapi.

Masyarakat yang tinggal di daerah sekitar gunung berapi tentu saja akan selalu berisiko terkena erupsi dan bencana yang disebabkan oleh gunung berapi. Meskipun ada penelitian dan perkiraan yang dilakukan oleh para ahli, tidak ada yang tahu pasti kapan gunung berapi akan meletus. Walaupun berhasil, masyarakat yang lokasi rumahnya sangat dekat, terdapat kemungkinan mereka gagal mengevakuasi diri karena waktu kejadian yang singkat. Tetapi kita tidak boleh hanya berpasrah dan berserah diri saja. Sikap dan kesadaran risiko bencana alam sangat penting dimiliki oleh masyarakat sehingga dapat meminimalkan berbagai dampak yang timbul. Oleh karena itu, budaya risiko perlu ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun