Mohon tunggu...
Darin Salsabila S
Darin Salsabila S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030079

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Buta Warna, Men-Challange Diri Jadi Graphic Designer

4 Maret 2021   10:10 Diperbarui: 4 Maret 2021   11:09 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelainan mata yang menyebabkan seseorang sulit membedakan warna-warna tertentu disebut buta warna. Ini merupakan penyakit genetik, artinya diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Walaupun sebenarnya ada juga buta warna yang disebabkan oleh penyakit lain, tapi kasus ini sangat sedikit ditemukan.

Buta warna juga merupakan penyakit seumur hidup yang sampai sekarang belum ada obatnya.

Apakah berbahaya? 

Untuk menyimpulkannya, kita perlu mengetahui dulu jenis-jenis buta warna. Buta warna dibagi menjadi tiga jenis:

1. Trikomasi, perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut yang terbagi menjadi:

Protanomali, lemah pada warna merah.

Deuteromali, lemah pada warna hijau.

Tritanomali, lemah pada warna biru.

2. Dikromasi, tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut yang terbagi menjadi:

Protanopia, tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang.

Deuteranopia, tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap hijau.

Tritanopia, tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap warna biru.

3. Monokromasi, ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis tipikal dan sedikit warna pada jenis atipikal. Jenis buta warna ini sangat jarang.

Dari ketiga jenis tersebut, yang dianggap berbahaya adalah jenis ketiga yaitu monokromasi. Karena penderita hanya bisa mengenali warna hitam putih saja, ditakutkan ketika berada diluar rumah dia tidak bisa mengenali rambu di jalan maupun rambu lalu lintas yang bisa berakibat pada kecelakan.

Pada penderita jenis lainnya hanya akan mengalami sedikit gangguan aktivitas yang berhubungan dengan mengenali warna, contoh sederhananya dalam hal mencocokkan baju. Dalam beberapa pekerjaan formal seperti pada bidang elektro dan kemiliteran, para penderita buta warna ini tidak punya peluang untuk masuk karena terdapat syarat berupa lulus tes buta warna.

Bagaimana jika seorang buta warna mengambil pekerjaan graphic designer?

Kenali dulu apa itu graphic designer.

Menurut Wikipedia, desainer grafis (graphic designer) adalah profesi yang menciptakan ilustrasi, tipografi, fotografi, atau grafis motion. Pekerjaan ini melibatkan proses kreativitas untuk menuangkan ide dan gagasan agar pesan tersampaikan. Seorang grahic designer harus bisa mengolah gambar maupun tulisan dalam kemasan visual agar pesan dapat tersampaikan dan dapat dinikmati sesuai tujuan pembuatnya. 

Karena pekerjaan ini mengandalkan visual penikmatnya, maka pewarnaan juga berperan penting dalam menghasilkan sebuah desain yang bagus. Pewarnaan ini membuat pesan tersampaikan lebih jelas dan membantu memunculkan karakter dalam sebuah karya.

Jadi, apakah bisa graphic designer seorang buta warna?

Jika kalian butuh bukti, maka kakak saya adalah buktinya.

Kakak saya adalah seorang buta warna genetik. Dia menuruni kelainan ini dari ibu saya. Yap, ibu saya carrier buta warna, pembawa sifat buta warna yang akan menurunkan pada anaknya.

Jenis buta warna yang dialami kakak saya adalah deuteromali, lemah pada warna hijau. Dia memang agak sulit membedakan warna hijau, coklat, biru, dan kuning. Kondisi ini mulai disadari saat usianya remaja. Beberapa kali dia salah saat menyebutkan warna suatu benda, dan yaa ternyata setelah diselidiki dan diperiksakan ke dokter, memang ada kelainan pada matanya berupa buta warna generik. 

Kakak saya mengenal desain grafis saat bersekolah tingkat SMK di jurusan multimedia. Karena dia menyukai bidang ini, maka dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di bidang yang sama juga. Dan sekarang dia menjadi graphic designer, membuat logo, desain kaos, dan desain-desain yang lain.

Saat saya tanya alasan dia bisa ada di bidang ini dengan keterbatasannya pada warna sedangkan pekerjaan ini butuh poin tersebut, dia menjawab bahwa inilah yang dinamakan men-challange diri sendiri. Bagaimana cara seorang buta warna bisa tanpa gagal dan berhasil bekerja atau bisa ekspert di bidang yang mengharuskan mengolah warna.

Dia menyadari bahwa keterbatasan ini memang mengganggu terutama pada pekerjaan ini. Tapi kan tidak ada salahnya juga berada di pekerjaan ini.

Menjadi graphic designer tidak harus melewati banyak tes termasuk tes buta warna. Ini bukanlah pekerjaan formal dan beresiko.

Seperti halnya pekerjaan teknik elektro yang harus bersinggungan dengan banyak warna, jika salah saat mengenali suatu warna bisa berkibat fatal. Atau dalam hal kemiliteran, seseorang yang mengidap buta warna ditakutkan tidak akan bisa membedakan antara kawan atau lawannya. Jika orang normal bisa membedakan musuh dengan cara menganalisis warna seragam atau warna kendaraan yang digunakan, sebaliknya bagi penderita buta warna akan lebih sulit untuk mengidentifikasinya. Dalam hal inilah seorang buta warna kurang diuntungkan.

Lain halnya dengan itu, pekerjaan desain drafis adalah pekerjaan santai yang mengandalkan rasa seni pembuatnya dan kreativitas dalam menjalankannya.

Walaupun desain grafis adalah seni mengolah warna, tapi tidak ada syarat mutlak bagi para desainernya untuk tidak buta warna. Ini juga bukan pekerjaan yang harus melalui banyak tes tertentu. Yang penting adalah skill dan keseriusan dalam berkarya.

Sebenarnya, jika seseorang yang mempunyai kelainan ini sudah mengetahui apa kelemahannya, dia akan bisa mengubah persepsinya terhadap kelemahan warna yang dimiliki.

Kakak saya juga menerima bahwa kelainan ini memang suatu kekurangan dan bisa dibilang cacat. Tapi karena sudah bawaan lahir jadi biasa dan harus dibiasakan. Tergantung kita bagaimana menggunakan cara lain untuk menyempurnakan kekurangan yang dimiliki.

Dia juga mempunyai prinsip bahwa dimana ada kemauan disitu ada jalan. Jangan jadikan kekurangan sebagai penghambat jalan menuju cita-citamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun