Mohon tunggu...
Darfito Pado
Darfito Pado Mohon Tunggu... -

A dreamer, who is also a simple person seeing everyday is a beautiful day. Also: A father, Electrical Engineer, Project Management Practitioner, Photography & Book Lover.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cermin | Unicorn, Wardah, dan InemJogja

27 Februari 2019   13:13 Diperbarui: 27 Februari 2019   13:41 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangkapan layar detik.com
tangkapan layar detik.com
Dahlan Iskan membahasnya dengan Apik di DI'sWay. Saya tetap saja melihat dengan kagum pada WARDAH ini. Tetap saja dari sisi punggawa muda yang dibesarkan tangan dingin orang tuanya. Yang putri pun tidak kalah kontribusinya. Betapa pandai dan bijaknya orang tua pemilik WARDAH ini. Membangun "kerajaan" buat anak-anaknya. 

Yang dua tamatan ITB, satunya lagi tamatan UI. Universitas-universitas terbaik dalam negeri. Orang Indonesia, tamatan universitas dalam negeri, perusahaan besutan asli dalam negeri, mencari ceruk pasar sendiri di dalam negeri, di kandang sendiri, membuat "tangan-tangan" dari luar itu khawatir (sebagaimana bahasan di Harvard itu). Bagi saya ini sebuah model bisnis yang lain lagi. Sebuah model bisnis yang berusaha tumbuh dari akarnya sendiri. Tanpa menerima bantuan investasi dari luar negeri. Apa bisa kita sebut sebagai prinsip bisnis Berdikari? 

INEMJOGJA 

@inemjogja (instagram)
@inemjogja (instagram)
Nah, ini bukan unicorn bukan pula perusahaan berdikari. Saya terkesima dengan konsep ingin memberi balik nya kepada masyarakat Jogja nya. Di medsosnya pun, sang Inem tidak menerima "endorse"an demi kepentingan komersil dirinya. 

Jika pakem umum yang dianggap mapan seperti ini: Lahir, sekolah, kerja mapan, menikmati pensiun. Eh, Inem ini sedikit beda dari mainstream. Pakemnya: Lahir, sekolah bersusah payah, kerja mapan sebentar, berusaha memberi kepada masyarakatnya, entah kapan pensiun. Sebuah keberanian yang luar biasa.

INI ARTINYA APA? 

Pada ketiga item di atas, saya sebagai orang awam, melihat modal yang besar bagi republik ini:

1. Unicorn: model ini adalah bukti bahwa anak-anak muda kita di republik ini punya mindset berskala global dan kemampuan eksekusi yang prima. Sebagaimana irisan dalam pelajaran geometri, inilah representatif kita dalam model bisnis baru ini. 

Representatif kita dalam pergaulan bisnis international yang superkompetitif ini. Dan ini sangat penting sebab tanpa pengalaman yang cukup dengan menceburkan diri, kita sebagai sebuah bangsa tidak bakal punya "know-how" untuk menangani tantangan dan peluang model bisnis serperti ini di masa datang. Tentang investasi yang mereka terima dari luar negeri, sebenarnya Alibaba.com pun melakukan hal yang sama pada October 1999 ketika menerima suntikan modal USD 25 juta dari Goldman Sachs dan Softbank. 

Kita kemudian bisa melihat nasionalisme Alibaba.com ketika "bertempur " dengan e-Bay pada tahun 2003. Kita masih ingat kata-kata Jack Ma pada e-Bay ketika itu: e-Bay maybe shark in the ocean. But I am crocodile in Yangtze River. 

If we fight in the ocean, we lose. But if we fight in the river, we win. Dengan semangat seperti Jack Ma ini, mungkin suatu hari, dan tidak terlalu lama lagi mestinya, ada yang berujar seperti ini: Alibaba and Amazon maybe shark and crocodile in the Ocean and Yangtze river. But I am King of Guerilla Warfare. If we fight in the ocean and river we will lose, but if we fight in the forest, we will win. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun