Mohon tunggu...
Darfito Pado
Darfito Pado Mohon Tunggu... -

A dreamer, who is also a simple person seeing everyday is a beautiful day. Also: A father, Electrical Engineer, Project Management Practitioner, Photography & Book Lover.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jakarta Macet: Terus Bagaimana?

6 Desember 2015   05:42 Diperbarui: 6 Desember 2015   20:47 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasilnya, masyarakat nampaknya gembira dengan apa yang terjadi pada kereta api, PPD, dan DAMRI. Pada Busway, ada catatan tentang jumlah, manajemen dan frekuensi kedatangannya. Ekspektasi yang besar diharapkan pada MRT dan LRT. Dan ini baru bisa dilihat beberapa tahun ke depan.

 Terus Bagaimana?

Sebenarnya sebagai masyarakat, kita dapat berpartisipasi dalam upaya mengurangi macet Jakarta. Tentu ini bukanlah hal mudah.

Paket Hunian Bertingkat. Hunian bertingkat adalah hal yang banyak dilakukan di kota-kota besar di dunia. Secara budaya, ini bukanlah pilihan yang digemari oleh masyarakat kita. Tetapi hal ini akan sangat besar kontribusinya bagi pengurangan kemacetan. Apalagi dalam bentuk paket. Paket dalam hal ini adalah digabungnya hunian, pusat perbelanjaan, restoran, fasilitas rekreatif, fasilitas kesehatan sederhana dan fasilitas pendidikan sederhana dalam satu tempat. Konsep ini akan mengurangi mobilitas masyarakat.

Planologi yang Anti-Macet Friendly. Dimasa lalu, kita pernah mendengar bahwa kebijakan pembangunan perumahan mestilah mengadopsi pola 1-3-6. Maksudnya, jika dibangun 1 buah rumah mewah, makan harus pula dibangun 3 buah rumah kelas menengah dan 6 buah rumah kelas menengah bawah. Dengan komposisi ini, rumah menjadi terjangkau bagi seluruh kalangan penghuni Jakarta.

Tentu penentuan tentang siapa yang berhak memiliki rumah tersebut dan skemanya mestilah ketat. Harapannya, dapat dikurangi jumlah 2.8 juta orang yang bolak-balik Jakarta tiap hari kerja. Untuk mewujudkan ini, kolaborasi yang baik antara masyarakat, pemerintah dan pihak swasta sangat diperlukan.

Gaya Hidup. Bagi yang terlanjur punya rumah “normal”, maka perubahan gaya hidup mungkin bisa membantu. Contoh, kalau tadinya sering membeli dan menjahit baju, belanja rumah tangga harian dan bulanan,   yang biasanya dibeli di mall-mall, mungkin cukup membeli di PD. Pasar Jaya. Dengan begini, persentase mobilitas bisa dikurangi. Yang tadinya, kunjungan ke mall sangat tinggi intensitasnya sekarang banyak hal bisa dilakukan di “belakang rumah”. Selain hemat pada proses transaksinya, juga hemat biaya transportasi dan waktunya.

Revitalisasi Infrastruktur Ekonomi Kerakyatan. Ini bisa dilakukan dengan merevitalisasi Pasar Jaya sebagaimana yg dilakukan di Pasar Santa. Sehingga ketika hal seperti yang dikemukakan pada gaya hidup di atas ingin dilakukan, infrastrukturnya telah siap. Tentu porsi ini banyak bergantung pada pemerintah. Tetapi partisipasi masyarakat sangatlah penting.

Mendukung Inovasi. Ini cenderung gampang-gampang susah. Tapi marilah kita mengambil contoh Go-Jek. Jika sekiranya aplikasi Go Shoppingnya digunakan secara luas, dapat dibayangkan dampak penurunan tingkat mobilitas para keluarga terkait belanja tertentu.

Sekali lagi, kesemua hal di atas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Sebaliknya, bukan pula tidak mungkin dilaksanakan. Partisipasi kita sangat lah penting untuk membuat Jakarta kita menjadi tempat yang lebih baik. Mari berpartisipasi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun