Gue mengakui bahwa gue juga terkadang masih menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris. Bahkan dibeberapa artikel/tulisan gue jg ada bahasa campur-campur.Â
Malah bulan Agustus 2018, gue kebawa ngomong campur-campur karena ada client yang ngobrolnya pake bahasa begitu. Ditarik ke belakang lagi, di saat awal-awal kuliah, gue juga masih menggunakan bahasa Indonesia campur Inggris.Â
Tujuannya sih sederhana, biar bisa ngelatih bahasa Inggris gue,dan buat cewek-cewek terkesan sama gue. Biar dibilang "Ih Gela, Kamu Gaul Beudhs!" Tapi lama-kelamaan nyadar kalo itu salah. Sebenarnya , sadarnya lebih karena cewek yang pengen gue bikin terkesan sih udah punya cowok. Hiks
Gue bukan orang yang ahli berbahasa Indonesia. Gue juga orang yang bukan anti Bahasa Inggris. Di kedua bahasa tersebut pun gue masih belajar. Gue sadar bahasa Indonesia gue juga masih banyak salah, apalagi bahasa Inggris.Â
Tetapi mempertahankan bahasa pemersatu  kita itu adalah sebuah keharusan, apalagi kalo lu juga menguasai bahasa daerah. Jangan hilangkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Dan juga tetap belajar Bahasa Inggris untuk bersaing di dunia global dan membuktikan bahwa kita bisa menjawab tantangan global.Â
Karena Bahasa Indonesia & Bahasa Inggris keduanya penting. Tapi kita harus konsisten dalam berbahasa. Jangan dicampur-campur. Cukup perasaan ku aja yang kamu campur-campur setelah kita abis jalan terus kamu ngasih tau kalo kamu juga deket sama cowok lain. (YEILEH BANG!)
Sebagai orang yang ber-KTP Jaksel, tinggal di Jaksel dan bekerja pun di Jaksel. That's why, no doubt my penyakit tuh amrik, which is elit gitu. Penyakitnya aja Was Here. Dan because my half-blood is betawi, makanan gueh pun tak kalah Jaksel. Sayur Awesome.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H