Mohon tunggu...
Jun Achmad
Jun Achmad Mohon Tunggu... Desainer - Penyadur ngelindur

Nulisnya jarang. Bacanya sering.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Anak Gaul Jaksel yang "Literally Sangat Which is"

12 September 2018   00:51 Diperbarui: 12 Desember 2018   15:02 17311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
G4uL yang sangat Gaul di eranya. Eh salah ilustrasi nih kayaknya. | g4ulmanagement.blogspot.com

"OMG! Ini gela seeh.. which is... kok bisa gitu kepikiran by him?!",

Obrolan para muda mudi di salah satu coffee shop yang berada di Tebet. Dan ini merupakan percakapan yang sangat biasa bagi para kalangan anak gaul Jaksel. Awalnya gue risih dengan bahasa campur aduk macam gini, tapi sekarang seperti sudah berdamai dengan kondisi seperti ini. Apalagi gue pernah jadi seseorang yang memakai pakem berbicara seperti ini.

Belakangan ini, fenomena obrolan anak Jaksel sering dibicarakan di berbagai media sosial. Padahal fenomena ini sudah ada dari beberapa tahun yang lalu, bahkan bisa jadi sudah puluhan tahun yang lalu. 

Karena tanpa disangsikan (atau ini bisa jd info bagi yang belum tahu soal selak seluk Jakarta), wilayah Jaksel adalah tempat di mana para berkumpulnya anak-anak muda dari kalangan atas.

Jika kita tarik kebelakang, Jaksel itu adalah sebuah wilayah yang dihuni oleh (kebanyakan) para pejabat dan secara otomatis menjadi wilayah elit. Wilayah Jaksel itu kita kenal bernama Menteng. 

Nah anak-anak dari para pejabat maupun konglomerat yang tinggal di wilayah Menteng ini sering berkumpul di Melawai, daerah Blok-M, Jaksel. Menurut cerita beberapa orang tua, yang masa mudanya terjadi pada tahun 80-an, di Melawai tersebut sering ada rally/balapan mobil liar. Ya jelas dong anak pejabat balapan mobil, ga mungkin balapan keong. 

Tapi pada saat itu, bahasa campur-campurnya masih terbilang sedikit. Era 80-an bahasa gaul yang digunakan dikenal sebagai bahasa "Prokem", bahasa yang dimodifikasi sedemikian rupa dan huruf vokalnya diganti dengan huruf "O" dan "A". Contoh, Bapak jadi Bokap, Jual jadi Jokul dan masih banyak lagi yang lainnya.

Lambat laun, perkembangan kawasan elit meluas. Yang tadinya cuma sekitar Menteng maupun Melawai, kini melebar ke wilayah sekitarnya. Mulai dari wilayah Kemang, Pondok Indah sampai ke Cilandak. Untuk tahun 90-an sampai 2000-an, ikon tempat berkumpulnya anak gaul itu adalah Pondok Indah Mall (PIM) dan Cilandak Town Square atau yg lebih dikenal sebagai Citos. 

Nah di tahun tersebut, jika kamu merasa gaul tapi belum pernah ke PIM atau Citos, maka belum sah ke-Gaul-an mu. Ibarat melaksanakan ibadah Haji, jika kamu belom tawaf di PIM atau Citos, Ke-gaulan-mu belum mabrur. Lalu seiring perkembangan zaman, wilayah elit berkembang ke wilayah SCBD, Kuningan & Tebet. Pada intinya, wilayah Jaksel tersebut bisa dibilang pionir berkumpulnya orang-orang gaul kalangan atas.

Lalu kapan anak-anak Jaksel yang gaul itu berbicara bahasa yang bercampur?

Jika ditanya kapan pastinya, gue sendiri ga tahu kapan. Karena sebelum-sebelumnya pasti sudah ada bahasa gaul yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Seperti di tahun-tahun 50-an hingga 70-an. Bahasa gaul kalangan atas tahun itu menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Belanda. Lambat laun, bahasa gaul itu berubah-ubah berdasarkan masanya sendiri-sendiri. 

Mungkin, karakter bahasa gaul yang terbentuk di kalangan anak Jaksel sekarang (bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa Inggris) diawali oleh Media Masa pada tahun 90-an sampai 2000-an. Tepatnya saat Majalah, Radio dan MTV (Music Television) Indonesia. Yang tentunya segmentasinya anak muda. Para pembawa acara, penyiar maupun konten majalah banyak memakai bahasa Indonesia sehari-hari yang tercampur dengan bahasa Inggris.

Terutama MTV sih, karena saat itu MTV Indonesia merupakan bagian dari MTV Asia yg berada di Singapur. Dan mau ga mau VJ (Video Jockey)-nya membawakan acara dengan bahasa Indonesia yg bercampur dengan bahasa Inggris. Apalagi VJ itu juga rata-rata berdarah campuran.

Salah satu faktor lainnya kenapa bahasa gaul Jaksel menjadi seperti sekarang adalah karena kehadiran  Internet juga. Apalagi sekarang ngaksesnya sangat mudah. Kalo dulu untuk menjelajahi dunia maya, kita harus dateng ke warnet. 

Tapi sekarang ke kamar mandi aja bisa internetan. Internet juga lah yang memperkenalkan muda mudi gaul Jaksel dengan sosok Kendal Jenner, Kim Kardashian, Selena Gomez dan sejenisnya yang merupakan public figure asal Amerika. Para public figure ini dijadikan materi obrolan para anak muda gaul Jaksel (khususnya yang cewek). 

Kim Kardashian lah yang mempunyai andil besar dalam mempopulerkan kata "Literally" di acara reality show-nya "Keeping Up with the Kardashians". Jangan tanya gue mereka tau tontonan itu darimana. Gue aja gatau.  Yang pasti mereka tau karena ini terjadi di masa-nya mereka. Sedangkan di masa gue, tontonannya adalah video ikan Pari di taro di kasur terus diberi judul "Anak Durhaka".

Ada lagi faktor lain. Seperti muda mudi yang sekolah di luar negeri lalu pulang ke Indonesia. Kemampuan beberapa bahasa kadang membuat kita jadi bingung atau sering lupa dengan bahasa itu sendiri. Maka tak ayal mereka pun mencampur-campurkan bahasanya.

sumber twitter
sumber twitter
Apakah berdampak?

Pasti! Secara sadar tidak sadar, langsung tidak langsung, kebiasaan berbicara campur aduk tersebut punya dampak tersendiri. Contoh nyatanya adalah rata-rata nilai Bahasa Indonesia di UN menurun dari tahun ke tahun. 

Ya memang ada faktor lain yang menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satunya seperti terjadinya kesalahan sistem pada proses belajar-mengajarnya.  Tapi berbahasa bercampur aduk gitu juga menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia kita semakin menumpul. Ditambah lagi, kita seperti menanamkan bahasa Indonesia ke otak kita semacam memudahkannya, ya kurang lebih kita bilang begini,

"Ah, ini kan bahasa gue, bisa lah gue!".

Maka jangan heran lambat laun orang Indonesia tidak mengenali bahasanya sendiri. Kejadian nyatanya ketika gue ngobrol sama temen, dan gue mengucapkan kata "Jumawa"  temen gue bilang "Ahelah apaan si bahasa lu formal amat!". Itu baru kata "Jumawa" loh, gimana kalo gue mengucapkan kata "Tedeng Aling-Aling"? Mungkin para pembaca juga ada yang gatau sama arti dari kata tersebut?

Gue mengakui bahwa gue juga terkadang masih menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris. Bahkan dibeberapa artikel/tulisan gue jg ada bahasa campur-campur. 

Malah bulan Agustus 2018, gue kebawa ngomong campur-campur karena ada client yang ngobrolnya pake bahasa begitu. Ditarik ke belakang lagi, di saat awal-awal kuliah, gue juga masih menggunakan bahasa Indonesia campur Inggris. 

Tujuannya sih sederhana, biar bisa ngelatih bahasa Inggris gue,dan buat cewek-cewek terkesan sama gue. Biar dibilang "Ih Gela, Kamu Gaul Beudhs!" Tapi lama-kelamaan nyadar kalo itu salah. Sebenarnya , sadarnya lebih karena cewek yang pengen gue bikin terkesan sih udah punya cowok. Hiks

Gue bukan orang yang ahli berbahasa Indonesia. Gue juga orang yang bukan anti Bahasa Inggris. Di kedua bahasa tersebut pun gue masih belajar. Gue sadar bahasa Indonesia gue juga masih banyak salah, apalagi bahasa Inggris. 

Tetapi mempertahankan bahasa pemersatu  kita itu adalah sebuah keharusan, apalagi kalo lu juga menguasai bahasa daerah. Jangan hilangkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Dan juga tetap belajar Bahasa Inggris untuk bersaing di dunia global dan membuktikan bahwa kita bisa menjawab tantangan global. 

Karena Bahasa Indonesia & Bahasa Inggris keduanya penting. Tapi kita harus konsisten dalam berbahasa. Jangan dicampur-campur. Cukup perasaan ku aja yang kamu campur-campur setelah kita abis jalan terus kamu ngasih tau kalo kamu juga deket sama cowok lain. (YEILEH BANG!)

Sebagai orang yang ber-KTP Jaksel, tinggal di Jaksel dan bekerja pun di Jaksel. That's why, no doubt my penyakit tuh amrik, which is elit gitu. Penyakitnya aja Was Here. Dan because my half-blood is betawi, makanan gueh pun tak kalah Jaksel. Sayur Awesome.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun