Selain itu, dia juga dalam beberapa cerpen yang dimuat oleh Kompas mengangkat tema-tema seputar kehidupan kaum perempuan diantaranya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan dan para ibu rumah tangga.
Tema-tema tersebut dapat kita temui dalam cerpen-cerpennya yang berjudul "Perempuan Itu Pernah Cantik" dan "Lumatan Cabai Di Wajah". Melalui cerpen-cerpen yang ia tulis menggambarkan bagaimana permasalahan-permasalahan para ibu rumah tangga dengan bercerita secara lembut dan melakukan penekanan peristiwa dengan cara pengulangan kata.
Cerpen berjudul "Perempuan Itu Pernah Cantik" mengisahkan tentang seorang ibu rumah tangga yang tidak pernah memiliki waktu untuk dirinya sendiri, setiap harinya ia habiskan untuk mengurus anak, memasak hingga membersihkan rumah. Kehidupan setelah ia berumah tangga sangat berubah dengan ia masih muda dahulu sebelum ia menikah.
Sedangkan cerpen yang terakhir berjudul " Lumatan Cabai Di Wajah" mengisahkan tentang Tinah yang diperlakukan tidak adil oleh mertuanya sendiri. Selain itu, suami Tinah sering bermain perempuan, terkadang dia tidak ragu merayu perempuan di depan mata Tinah.Â
Suatu hari ketika Tinah disuruh untuk membuat sambal dan melihat kelakuan suaminya yang semakin hari semakin tak beradab ia melumatkan cabai yang ada di cobek ke wajah suaminya itu, ia langsung bergegas membawa anaknya pergi meninggalkan rumah mertuanya tersebut.Â
Bahasa yang digunakan dalam cerpen-cerpen tersebut cenderung menggunakan bahasa langsung sehingga mudah dicerna oleh para pembaca. Alur penceritaan kedua cerpen tersebut berbeda. "Perempuan Itu Pernah Cantik" memiliki alur yang campuran karena selalu menceritakan ketika ia masih muda dahulu.
Representasi problem gender terasa di semua cerpen tersebut. Adapun ideologi gender yang memandang dan mewajibkan perempuan untuk taat pada suami, misalnya tampak dalam cerpen "Perempuan Itu Pernah Cantik" dan "Lumatan Cabai Di Wajah". Dalam cerpen tersebut istri selalu menuruti apa perkataan dan perintah sang suami. Istri tidak memiliki kekuasaan apa-apa di dalam rumah tangga. .... ada pada kutipan cerita berikut:
"Hei, tuli! Sekarang bikinkan suamimu sambal, tinggalkan itu semua. Suamimu mau makan. Sambal! Sekarang!"
Tinah mendengus sejenak, meninggalkan lap basah di atas sofa. Bergegas ke lemari es. Meraup puluhan cabai --yang terasa begitu dingin di tangan Tinah, tanpa tomat, tanpa bawang merah, tanpa bawang putih.
Dari kutipan di atas tersebut, ideologi perempuan harus nurut kepada laki-laki sudah mendarah daging di kehidupan para perempuan sehingga jika ia melakukannya sudah tidak secara sadar lagi. Selain itu juga kondisi yang lemah dan terlemahkan dari kaum perempuan itu sebenarnya dapat terjadi karena masih kuatnya unsur dominasi dan hegemoni dalam budaya patriarki yang menindas kaum perempuan. Kaum perempuan menjadi "korban" abadi dalam sistem kehidupan masyarakat yang mengalami ketimpangan struktural.
Selain itu juga, dalam cerpen "Perempuan Itu Pernah Cantik" merepresentasikan bagaimana kehidupan wanita setelah menikah dan punya anak. Berikut kutipan ceritannya: