Mohon tunggu...
Dara alityaraudath
Dara alityaraudath Mohon Tunggu... Perawat - Hanya gadis belia yang sederhana, yang menyukai ruang kosong, buku dan pena.

Bagiku, menulis itu adalah imajinasi, saat imajinasi ku bermain maka tumpah lah semua menjadi tinta yang bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tak Terasa Hampir Satu Tahun Sudah Tak Ada Tawa Anak-anak di Sekolah

26 Desember 2020   23:11 Diperbarui: 26 Desember 2020   23:12 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak maret lalu, anak anak sudah tidak aktif belajar disekolah, mereka terpaksa harus belajar dirumah karena masa pandemi. Kegiatan belajar mengajar yang tadinya dilakukan di sekolah kini harus berpindah kerumah, proses yang tadinya menggunakan media papan tulis, meja, kursi, dan juga saling bertatap muka kini harus digantikan dengan media lain. 

Guru mengajar dari rumah dan siswa pun mengikuti pelajaran dari rumah masing masing. Papan tulis yang tadinya digunakan untuk menuliskan materi kini diganti dengan tombol hp dan disajikan secara daring, istilah sekolah online sekarang ini.

Hal ini mencegah penyebaran virus yang lagi merambah di tahun ini yang dinamai covid. Sebagian anak ada yang merasa senang dengan hal ini sebagian lagi banyak yang mengeluh, karena memang belajar daring dirasakan lebih sulit, lebih berkendala. 

Baik siswa maupun pendidik dihadapkan oleh sistem baru yang kadang banyak kesulitan kesulitan yang di alami. Tak hanya itu, kini orang tua pun juga ikut sibuk, ikut menjadi siswa, karena tak sedikit yang ikut membantu mengerjakan tugas anak anak nya ada bahkan yang berpartisipasi penuh baik menjawab sampai menuliskan tugasnya, khususnya untuk siswa SD.

Banyak siswa malah menjadi lebih malas dalam belajar, lebih sering main game online ketimbang belajar online. Nilaipun  sudah pasti tidak murni, karena bisa jadi tugas tugas bukan  hasil murni dari siswa itu sendiri, namun hasil tangan orang tua atau kerabat dirumah.

Berhasilkah proses belajar mengajar ? Iya, mungkin untuk teori bisa dibilamg berhasil, namun pada saat prakteknya, siswa akan kalang kabut sendiri. 

Semisal awal tahun benar benar siswa dihadapkan kembali untuk sekolah, bisa jadi para pendidik lebih sulit mendidik, karena bisa jadi kepribadian siswa tidak sama seperti aktif sekolah dulu. 

Awal awal mungkin masih bisa di handle, namun di minggu minggu berikutnya mereka bisa lebih aktif dan kreatif, tapi bukan dalam menerima pelajaran tentunya. Malah dalam menyerap materi mereka lebih lamban dari sebelum mereka belajar daring dirumah. Ini opini saya. Dari kacamata saya di lingkungan sekitar saya, dimana saya sering liat tidak usah jauh sepupu saya yang masih SD atau anak tetangga saya juga adik teman saya dan masih banyak lagi.

dari sini bisa muncul pertanyaan, siapa yang dirugikan? Siswa, pendidik, atau orang tua kah? Atau bisa kita ganti pertanyaannya, siapa kelak yang akan kesulitan ? , siswa, pendidik, atau orang tua ? 

Yang pasti bukan saya, hee..

Ada sekali waktu saya mendengar pembicaraan anak naka di lingkungan rumah, mereka bilang rindu dengam sekolah, rindu kumpul dikelas, ingat saat bermain di halaman sekolah, bertemu dengan sahabat sebangku, juga kangen dengan jajanan kantin  dan juga rindu ocehan bapak dan ibu guru. 

Tapi itu cuma beberapa dari mereka, ada juga yang lebih suka belajar dirumah, cuma beberapa menit saja mereka bilang rindu sekolah, di menit berikutnya kalimatnya berbeda "semoga liburnya lebih panjang" uulala, ini baru pembahasan siswa SD, lalu bagaiman untuk siswa SMP, SMA dan sekolah kejuruan lainnya? 

Mungkin merwka beda, mungkin mereka malah lebih menginginkan bisa kembali menyandang tas dan begitu semangat untuk melangkah masuk ke gerbang sekolah, dan mungkin awal masuk nanti hal pertama mereka lakukan memeluk bangku sekolah lama lama saking rindunya duduk dikelas, atau malah mereka tidak peduli bel pulang beda dengan dulu yang justru bel itu yang mereka idam idamkan. I don't know.

"Indonesia butuh ketawa" , dan mungkin saat siswa kembali bisa menginjakkan kaki di halaman sekolah mereka, akan banyak tawa yang membuat seluruh Indonesia serentak tertawa bersama.

Yes, thats right,, Indonesia Butuh Ketawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun