Situs Sarangwati diduga merupakan tempat peribadatan pada masa Kerajaan Sriwijaya. Dalam sejumlah ekskavasi di Situs Sarangwati pernah ditemukan stupa-stupa kecil dari tanah liat (stupika) dan arca Buddha Avalakitecvara yang diduga belum selesai dibuat. Arca temuan kini disimpan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Adapun di Situs Air Bersih pernah ditemukan pecahan keramik dari masa Dinasti Ming dan Sung serta arca perunggu berlanggam abad IX-X.
Peneliti Balai Arkeologi Palembang, Retno Purwanti mengatakan, dari sekitar 23 situs Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang tercatat sepanjang pertengahan 2014, sekitar setengahnya telah beralih fungsi dan tak terlihat lagi tanda-tanda fisiknya. Sebagian besar alih fungsi situs tersebut menjadi perumahan.
Sejumlah situs penting yang masih sangat berpotensi mengandung temuan penting pun telah beralih fungsi, di antaranya Situs Padang Kapas yang diduga merupakan pusat pembuatan perkakas besi dan Situs Kambang Unglen yang diduga merupakan pusat kerajinan manik-manik di zaman Kerajaan Sriwijaya.
Menurut Retno, alih fungsi dilakukan tanpa pemberitahuan kepada Balai Arkeologi Palembang ataupun mengikuti kaidah pelestarian situs. Padahal, alih fungsi sebenarnya dapat dilakukan dengan tetap melestarikannya. "Salah satunya dengan menginformasikan kepada Balai Arkeologi sehingga lokasi itu bisa diteliti dulu lalu disisakan sedikit untuk penanda," katanya.
Dengan alih fungsi ini lanjutnya, sejumlah peninggalan juga turut hilang, di antaranya sejumlah batu bata struktur candi dan manik-manik. Selain itu, penelitian lebih lanjut pun menjadi makin tak memungkinkan. Padahal, di situs-situs penting tersebut masih mungkin mengandung temuan besar.
Retno mengatakan, alih fungsi pada situs-situs bersejarah itu begitu mudah terjadi karena Pemerintah Kota Palembang belum menetapkannya sebagai cagar budaya. Tanpa penetapan cagar budaya, alih fungsi situs dikhawatirkan terus terjadi.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan Syamsul Asinar Radjam dari INAgri [Institut Agroekologi Indonesia mengatakan hal senada, bahkan menurutnya tingginya aspek pembangunan di Kota Palembang di harapkan dapat menjaga kampung-kampung tua di tepian Sungai Musi dengan tetap menterdepankan bentuk aslinya, yang perlu itu adalah penataanya. Ia juga mencemaskan tergusurnya kampung-kampung tua tepian Sungai Musi di Palembang.
Ada dua sebab yang memungkinkan sebuah kampung akan digusur, kata Syamsul. Pertama, kampung itu dicitrakan kumuh dan tidak akan aman sehingga perlu dipindahkan ke permukiman baru. Kedua, direbut pelaku usaha untuk kepentingan pariwisata karena pemandangannya atau industrinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H