Mohon tunggu...
Jemmi Saputera
Jemmi Saputera Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekejaan Jurnalis, Tamatan S1 Komunikasi STISIPOL Candradimuka Palembang

Wartawan

Selanjutnya

Tutup

Palembang Pilihan

Kampung Ikonik di Palembang Banyak Tergusur Pembangunan!

6 Januari 2022   10:58 Diperbarui: 6 Januari 2022   11:03 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung 7 Ulu Palembang yang letaknya dekat pusat pemerintahan dan bersentuhan langsung dengan Sungai Musi tidak menjamin keberadaannya mendapat perha

Menurutnya, kebudayaan dan aset Kesultanan Palembang Darussalam harus dilestarikan dan diperkenalkan kepada khalayak ramai baik di Sumsel, maupun nusantara dan dunia. Aset-aset Kesultanan Palembang yang hingga kini masih berdiri kokoh perlu dipelihara dengan baik agar bisa terus dinikmati oleh masyarakat dan menjadi media pembelajaran sejarah bagi generasi muda.

Ramlan menjelaskan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sumsel dan pusat siap berupaya membantu memperjuangkan Palembang memanfaatkan BKB sebagai bagian dari pengembangaan kota pusaka.

Palembang termasuk kota pusaka di Indonesia kategori A, karena banyak menyimpan aset pusaka sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang yang terletak di sepanjang tepian Sungai Musi. Salah satu aset yang terletak di tepian Sungai Musi yakni BKB.

" Jika di area dalam BKB bisa digunakan secara penuh untuk wisata dapat ditata sebagai tempat hiburan atau pertunjukan seni dan budaya. Untuk memperjuangkan pemanfaatan BKB secara maksimal yang merupakan bagian dari pengembangan kota pusaka Palembang, pihaknya meminta dukungan politisi di tingkat pusat agar keberadaan BKB dapat dikembalikan kepada zuriat kesultanan," pintanya berharap.

Perpindahan Kampung Tua di Palembang dan Hilangnya Puluhan Situs

Menyoal kondisi kampong-kampung tua di Palembang, sebenarnya gagasan untuk memindahkan perkampungan tua di tepian Sungai Musi pernah muncul setelah era Reformasi 1998. Ide itu datang karena kondisi perkampungan-yang dinilai kumuh. Namun, sejumlah tokoh masyarakat Palembang menolak. Salah satunya budayawan Djohan Hanafiah [1939-2010]. Dia mengusulkan perkampungan tua ditata dan dijadikan objek wisata, bukan digusur.

Dalam perkembangannya pembangunan jembatan yang menghubungkan Palembang Ulu dan Palembang Ilir saat ini hendaknya janganlah sampai menggusur terutama objek-objek vital peradaban sejarah dan budaya masyarakat yang telah bertahan sejak Kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang Darussalam berdiri.

Berdasarkan catatan, setidaknya terdapat lebih dari 30 kampung yang berada di tepian Sungai Musi, seperti di kawasan Ilir Palembang, kawasan sejarah Palembang di buka dari Kuto Batu, Lawang Kidul, 5 Ilir, 3 Ilir, 2 Ilir, 1 Ilir, Sei Selincah, Sei Selayur dan Sei Lais. Pulo Kerto, Gandus, Karang Jaya, Karang Anyar, 36 Ilir, 35 Ilir, 32 Ilir, 30 Ilir [Suro], 29 Ilir, 28 Ilir, 16 Ilir, 13 Ilir. Sementara untuk bagian ulu, Palembang terdiri dari : 1 Ulu, 2 Ulu, 3-4 Ulu, 5 Ulu, 7 Ulu [Kampung Kapitan], 10 Ulu, 11 Ulu, 12 Ulu, 13 Ulu 14 Ulu [Al-Munawar], dan Plaju.

Perlu untuk diketahui bersama bahwa, Palembang di sebagian Ilir banyak memiliki nilai sejarah yang tidak boleh di tinggalkan apalagi sampai di lupakan. Seperti keberadaan Situs Padang Kapas, di area sekitaran jalan Mandi Api- Lorong Alir menuju Karang Anyar saat ini sudah beralih fungsi menjadi pemukiman dan kompleks perumahan. Hal serupa juga terjadi, di kawasan Jalan Macan Lindugan tepatnya jalan menuju Talang Bubuk yang menurut cerita turun temurun terdapat sebuah kompleks pemandian putri yang  terhubung dengan kawasan Syailendra dan Sanjaya, serta berdiri tegak sejajar dengan kawasan Bukit Siguntang di sebelah baratnya.

Penulis berusaha mencari fakta sejarah dengan melakukan  penelusuran di kompleks pemandian putri yang di maksud. Dari temuan-temuan baru yang di dapati, memang benar adanya kompleks pemandian putri yang sekarang tak terurus bahkan sudah beralih fungsi menjadi perumahan warga. Padahal, jika menelisik lebih jauh, memasuki awal kawasan ini kita sudah disambut dengan bentangan pintu air yang besar ( kini kondisinya berlumut, berkarat dan beberapa tulisan dengan bahasa latin sulit diterjamahkan) , konon ceritanya tempat ini adalah kawasan keluar masuknya kapal pembesar kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang. Namun untuk memastikanya tentu kita perlu pengkajian lebih dalam.

Selain situs-situs diatas, beralih fungsinya beberapa situs  menjadi perumahan juga banyak terjadi, seperti beberapa di antaranya adalah Situs Sarangwati di kawasan Lemabang dan Situs Air Bersih di sekitar Pelabuhan Boom Baru. Saat ini, lokasi situs Sarangwati merupakan kawasan permukiman dan di tempat itu tak terlihat lagi tanda-tanda bahwa pernah ada temuan peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun