Mohon tunggu...
Jemmi Saputera
Jemmi Saputera Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekejaan Jurnalis, Tamatan S1 Komunikasi STISIPOL Candradimuka Palembang

Wartawan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Patah Sayap Ketika Terbang Tinggi, Squad Garuda Selalu Terjegal di Puncak Final

30 Desember 2021   12:21 Diperbarui: 30 Desember 2021   14:43 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wiki2.org 

Oleh : Jemmy Saputera, Jurnalis di Palembang

Enam kali sudah Timnas Indonesia berada dipartai puncak turnamen 2 tahunan bergensi di Asia Tenggara itu. Namun mengapa, Squad Garuda seperti patah sayapnya ketika terbang tinggi. Apakah " kutukan" runner up" masih melekat erat di Piala AFF 2020 ini. Publik tanah air tentu berharap adanya keajaiban pada leg kedua puncak Final AFF 1 Januari 2022 mendatang.

Meskipun saat leg pertama kemarin, Rabu ( 29/12/2021) squad garuda kocar-kacir dihantam serangan " Gajah Perang " Julukan Timnas Thailand yang sejauh ini boleh dikatakan adalah salah satu negara tersukses dengan berhasil mengoleksi 5 trofi sekaligus dan menjadikanya sebagai negara peraih piala terbanyak dalam ajang turnamen yang dulu bernama Piala Tiger tersebut. Sementara Indonesia menjadi negara " runner up" ke enam kalinya, yakni pada tahun 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.

Sejak Piala AFF digelar pertama kali pada 1996, Timnas Indonesia dan Timnas Thailand tercatat pernah bertemu sebanyak 12 kali. Namun sayangnya dari 12 pertemuan itu, Indonesia hanya meraih kemenangan tiga kali kemenangan sementara Thailand meraih sembilan kali kemenangan. I

tu artinya, squad Garuda memang mau tidak mau harus mengakui kekuatan "Gajah Perang' sebagai salah satu tim yang memiliki kemampuan bertanding luar biasa. Kendati demikian, Timnas Indonesia tidak boleh menyerah, masih ada kesempatan mengubah kutukan " runner up" itu di leg kedua menjadi titik awal kebangkitan persepak bolaan tanah air .

Perlu dingat bahwa setiap pertandingan puncak final selalu memiliki 2 pilihan kalah atau menang. Dan dalam pertandingan sepak bola,90 menit waktu normal adalah surga dan neraka bagi mereka yang berlaga. 

Oleh sebab itu, kita sebagai rakyat Indonesia yang tentunya mengharapkan kemenangan harus pula ingat bahwa tidak ada hak kita sebagai penonton, pecinta maupun pemerhati bola untuk menghardik kegagalan mereka. 

Jangan sampai kita menjadi hakim yang tidak adil bagi putra-putra terbaik negari ini  hanya karena mereka gagal membawa tropi kemenangan. 

Dan jangan pula kita menjadi orang yang mudah melupakan usaha, kerja keras serta perjuangan mereka menjalani latihan demi latihan, pertandingan satu ke yang lain. Ingat, apa pun hasilnya Squad Garuda Muda kita sudah menunjukkan yang terbaik. 

Mereka mampu, menepis semua keraguan yang dialamatkan pada mereka dengan kemenangan demi kemenangan di fase grup, semi final hingga sukses berada di puncak final AFF 2020 ini.

Kita mestinya bangga, kita memiliki anak-anak muda bertalenta yang mampu membuat riuh dunia dengan aksi-aksi ciamik memainkan sikulit bundar, baik secara individu maupun tim. 

Sejauh ini kita harus mengakui bahwa, Arhan Pratama, Egi Maulana Fikri, Evan Dimas dan kawan-kawan adalah yang terbaik saat ini mengapa..?  

Karena dengan minimnya pengalaman dan usia muda mereka mampu membawa Squad Garuda menuju final. Tentu ini bukan pekara yang muda. 

Ingat ketika mereka diremehkan tim lawan seperti Malaysia, Singapura, Egi dan kawan-kawan sukses membungkam suara sumbang itu dengan menerkam tim Harimau Malaya dengan skor cukup telak dan menghantam tim The Lions di semi final dengan skor akhir cukup menjanjikan yakni 4:2.

Jika payung dan penopangmu tidak sekuat langit dan bumi ketika hujan turun, maka setidaknya kita sebagai rakyat Indonesia mampu menjadikan doa selembut takdir yang menyatukan. 

Jikalah memang, kita harus gagal kembali meraih juara dalam ajang AFF 2020 ini, setidaknya doa dan dukungan untuk tim Garuda Muda yang berlaga tetap kita berikan, sehingga kita tidak menjadi bangsa yang hanya haus akan kemenangan tetapi juga berlapang dada menerima kekalahan.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang selalu menghargai perjuangan. Stop untuk mencaci dan mencari-cari kesalahan. Mari kita fokus pada pertandingan leg 2 1 Januari 2022 mendatang. Indonesia belum kalah, Garuda Muda masih bisa terbang tinggi meski hanya satu kepakan sayap. 

Jayalah Indonesiaku, Jayalah Timnas ku....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun