Mohon tunggu...
Danz Suchamda
Danz Suchamda Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya seorang spiritualis, praktisi meditasi, penulis. Hidup ini saya pandang sebagai sebuah meditasi yang mengalir sepanjang waktu. Dan manakala kita melihat dunia dalam persepsi termurnikan, sekaligus berani telanjang terhadap apa yang ada; maka dunia ini menjadi begitu berwarna, bercahaya, bernuansa pendar, dan menguak berjuta makna yg berlapis-lapis.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benci Cermin

7 Oktober 2012   09:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:08 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hal-hal apa yang biasanya anda tidak dapat terima dari orang lain biasanya adalah sesuatu yang dapat kita ubah dari diri kita sendiri. Mungkin anda keberatan terhadap pernyataan ini atau menganggap tidak masuk akal. Tetapi batin itu adalah
licik sedemikian rupa utk selalu memproyeksikan apa yg kita benci dari diri sendiri kepada orang lain.
Untuk hari ini, marilah kita ambil hal yang paling kita benci atau membuat anda reaktif, dan menggunakan beberapa menit untuk merenungkan bahwa betapa sangat mungkin kita melakukan hal yang sama. Mungkin dengan cara yang lain, atau dalam suasana yang berbeda, mungkin dengan subyek yang berbeda, tetapi saya jamin anda akan menemukan kesamaan benih di level itu.

Problem sebenarnya tidak pernah terjadi “di luar” melainkan selalu terjadi “di dalam”.


============

NK : maaf mas, saya kok agak kurang bisa menangkap pesan yang disampaikan ya... *hadeh* >_<

Daniel Suchamda :
Misalnya kita sangat benci dengan wanita berbaju minim, bisa ditebak bahwa kita memiliki kesulitan dalam mengendalikan nafsu sex. Kita tahu bahwa diri ini sangat tergoda oleh sex, maka timbul gejala psikologis yg disebut "denying" yaitu membenci sex. Atau kemungkinan lain gejala psikologis "projecting" menganggap orang lain itu sumber kemesuman. Atau kemungkinan lain lagi "membohongi diri sendiri" dengan mengatakan diri ini suci.

YL : Krn permainan pikiran kita sendiri barangkali ya?

Daniel Suchamda : Pada dasarnya, si "aku" ingin senang/enak, dan menolak setiap ketidaksenangan/ketidakenakan. Maka muncul berbagai tipu muslihat batinnya sendiri utk memenuhi keinginannya tersebut. Permainan accepting and rejecting...tapi pada dasarnya tidak mau dirinya mengakui dirinya sebagai sumber, alih-alih mencari / menyalahkan/melemparkan ke yang di luar....karena ingin nyaman dengan instan.

IJ : maaf mas Daniel Suchamda, saya tanya... menerima dan menolak bukankah kita sendiri.... berarti yg diluar cuma bayangan

Daniel Suchamda : Yang diluar itu netral. Yang menerima dan menolak itu yg di dalam.

IJ : bukankah itu yg disebut reaksi....mas

Daniel Suchamda Reaksi itu karena apa? Karena anda sudah terkondisi , bukan?
Dikondisikan oleh budaya, didikan, doktrin, dsb...

IJ : wah jadi menarik ini mas..... seperti benda yg memantulkan cahaya ... apakah reaksi itu salah.. mas Daniel Suchamda

Daniel Suchamda
Memang tidak bisa memungkiri bahwa kita semua terkondisi.
Tapi batin yang SEHAT...dikondisikan oleh pengetahuan yang benar, informasi yang tepat.
Batin yang SAKIT ...karena dikondisikan secara keliru oleh informasi2 yang keliru (tidak cocok dengan realita).

IJ : setuju tyang mas....

Daniel Suchamda : Informasi yang salah dan tidak cocok dengan realita...pada akhirnya menghasilkan kebingungan (confusion).....inilah yg terjadi kenapa para akil-balig banyak mendapat problem..... Kebingungan yang parah menghasilkan stress dan frustasi....inilah kenapa akhirnya lari ke narkoba, tawuran, dsb.....atau 'bersembunyi' dalam kesempitan/fanatik agama...... Bila ini diteruskan lama-lama menjadi gangguan kepribadian termasuk penyimpangan seks dan perilaku kejam.....yg pada lanjutnya akan semakin bias terhadap realita....demikianlah siklus lingkaran setan berputar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun