"Mak ... Mbak Wika." Juleha menyapa dengan nada takut. "A--da apa?"
"Leha, harusnya kamu bilang sejak awal kelakuan Anusapati. Biar kagak ada drama kek gini," kata Mak Linik yang wajahnya masih sembab.
"A--nu ..., Mak. Ceritanya panjang."
Karena ingin meluruskan kesalahpahaman, Juleha menceritakan semua yang terjadi antara dia dan Anusapati.
Wika tampak kecewa dan sakit hati, tetapi dia bersyukur dapat terlepas dari jeratan maut Anusapati berkat adik tirinya. Mak Linik kembali tergugu karena merasa malu kepada para tetangga.Â
"Mereka pasti gosipin kita, Wik. Mulut-mulut mereka kan julid," kata emak sambil terisak.
"Seenggaknya Wika tidak masuk perangkap bos mebel yang banyak hutangnya, Mak."
"Katanya kamu mau minta maaf sama Juleha?"
Wika terbelalak saat Mak Linik menodong kata maaf. Juleha pun dapat menangkap keengganan di Wika. Tetapi, dia hanya diam sambil menunggu sikap kakak tirinya.
"Ha, makasih udah nyelamatin aku. Maaf karena tadi aku marah kek gitu. Aku bingung, kesel, ngrasa diboongin, dan malu."
"Santai aja, Mbak." Jawab Juleha kikuk. "Eh, Mak Linik sama Mbak Wika nggak pengin ketemu emak?"