Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis pernah menempuh pendidikan jurusan Fisika. Dia menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, Dongeng Semua Tentang Didu, Pantun Slenco, dan antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Mengejar Jodoh Juleha (5b)

8 Desember 2023   21:08 Diperbarui: 8 Desember 2023   21:09 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Kisah gadis tomboi yang berliku dalam menemukan jodohnya. Ikuti kisah Juleha by Danu. Dilarang copas, ygy.

"Emak tidak ikut, Pak. A--nu ...."

"Nggak apa-apa, bapak memaklumi sikap emakmu. Kamu buruan ke kamar Wika biar dirias sekalian."

"Aku gini aja, deh, Pak."

Namun, telinga Juleha tiba-tiba dijewer oleh Mak Linik. Dia hanya menurut ketika ibu tirinya menarik ke kamar Wika. 

Wika hampir selesai dirias, tetapi kecantikannya sudah terpancar. Wajah yang terbiasa tanpa make up tampak mangling. Juleha memandang takjub sekaligus prihatin. 

"Bengong aja! Buruan sini, Nek! Eike poles raimu biar nggak ngisin-isini keluarga Abdul Rachim alias Bang Akim."

Tawa Juleha pecah mendengar celoteh Abang Joe. Lelaki yang berprofesi sebagai perias pura-pura merajuk.

"Sebelum acara permintaan maaf kepada orang tua akan diputar album masa kecilku, Ha. Kamu bagian nyerahin flashdisk ke bagian soundsystem, ya."

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Juleha tidak perlu repot berorasi untuk membuktikan niat jahat Anusapati, tetapi cukup dengan mengganti flashdisk kakak tirinya dengan rekaman yang telah dia simpan.

Mak Linik memberi tahu bahwa Anusapati dan keluarganya sudah datang. Juleha menggandeng Wika keluar kamar. Dia harus berpura-pura tidak kenal dengan lelaki buaya darat tersebut. 

Ternyata, pihak keluarga Anusapati diwakili oleh sang paman. Menurut pengakuan mereka, orang tua Anusapati sedang ada bisnis di luar negeri. Juleha tersenyum sinis saat matanya beradu dengan Anusapati. 

Acara dipenuhi dengan basa-basi dari kedua belah pihak hingga tiba saatnya pemutaran video masa kecil Wika. Juleha berdoa dalam hati semoga semuanya dapat berjalan sesuai rencana.

***

"Kamu harus meyakinkan keluarga Wika agar rencana kita tidak gagal."

"Tenang saja, Pah. Aku pasti akan bisa mendapatkan aset Pak Akim."

"Wika itu anak baik, lambat laun kamu pasti bisa mencintai dia."

"Bagaimana dengan Sovi, Pah? Dia nempel aku mulu."

"Kamu pasti tahu yang terbaik. Tinggalkan cewek yang nggak bisa apa-apa! Dapatkan Wika beserta aset-asetnya atau kita akan jatuh miskin!"

"Papah harus cepat sembuh, hutang-hutang kita pasti akan segera lunas setelah aku menikahi Wika. Aku janji, Pah!"

***

Kegaduhan tidak dapat terbendung, bapak menampar calon menantu dengan keras. Mak Linik pingsan karena shock, sementara Wika terus menjerit histeris. 

"Pak, ini tidak benar. Saya mohon ... saya sangat mencintai Wika," pinta Anusapati dengan nada memelas.

"Pergi!" Bapak mengusir laki-laki dihadapannya. "Keluarga penipu!"

"Ini fitnah, Pak. Anak haram itu telah mengarang cerita hingga ..."

"Diam! Berani-beraninya sebut Juleha anak haram! Pergi sekarang juga!"

Juleha mendekati bapak yang terengah-engah. Dia memberikan obat asma agar napas bapak tidak sesak.

"Maafkan aku, Pak."

"Kamu tidak salah, Ha." 

Wika menghampiri bapak dan adik tirinya. Wajahnya sembab dan dia tiba-tiba menyalahkan Juleha.

"Seharusnya kamu bilang dari awal kalau dia itu jahat, Ha. Mengapa justru kamu bongkar saat acara lamaran? Kamu sengaja mempermalukan aku?"

"Mbak, a--ku tidak bermaksud seperti itu. A--ku bi--ngung karena ...,"

"Kamu sama bibik tidak ada bedanya! Selalu iri dengan kami! Ambil sana Anusapati! Ambil!"

"Diam!" bentak bapak.

Juleha pulang setelah berpamitan dengan bapak. Dia mengabaikan kasak-kusuk tetangga karena kekacauan acara lamaran Wika.

Semua tidak semudah angannya karena niat baik justru berujung salah paham. Dia sesenggukan di pangkuan emak sambil menceritakan tragedi yang baru saja terjadi.

"Sudahlah, diam. Kamu sudah berbuat yang terbaik. Mungkin Wika masih emosi, Ha. Dia bingung ... belum lagi kalau harus tahu tentang Atmojo."

"Maksudnya apa, Mak?"

"Eh ... lalu gimana kondisi Yu Iinik? Dia pingsan beneran apa cuma modus biar dapat ganti rugi, Ha?"

Emak menyadari kecerobohannya lalu berusaha untuk mengalihkan obrolan, tetapi Juleha tidak mau tahu. Dia terus memaksa emak agar menjelaskan tentang Pak Atmojo.

***Bersambung***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun