Pesan dari Wika disampaikan oleh Juleha kepada bapaknya setelah visit dokter selesai. Bapak tidak berkomentar apa pun, hanya memberi kode jempol.
[Ya, Mbak. Doakan bapak agar besuk dapat pulang]
Sebenarnya, Juleha berharap agar lamaran Wika batal sekalian. Dia masih belum rela jika Wika jatuh ke pelukan Anusapati. Saat pandangannya menyisir bunga sepatu di depan ruangan bapak, dia tiba-tiba melihat Anusapati di seberang bangsal. Dia pun buru-buru menguntit langkah lelaki yang suka main ancam tersebut.
"Kamu harus meyakinkan keluarga Wika agar rencana kita tidak gagal."
"Tenang saja, Pah. Aku pasti akan bisa mendapatkan aset Pak Akim."
"Wika itu anak baik, lambat laun kamu pasti bisa mencintai dia."
"Bagaimana dengan Sovi, Pah? Dia nempel aku mulu."
"Kamu pasti tahu yang terbaik. Tinggalkan cewek yang nggak bisa apa-apa! Dapatkan Wika beserta aset-asetnya atau kita akan jatuh miskin!"
"Papah harus cepat sembuh, hutang-hutang kita pasti akan segera lunas setelah aku menikahi Wika. Aku janji, Pah!"
Ternyata benar dugaan Juleha, Anusapati hanya mengincar aset keluarganya karena terjerat hutang. Untungnya, percakapan dua lelaki di salah satu ruang perawatan tadi dapat direkam dengan lancar. Dia akan bermain cantik untuk membongkar niat jahat mereka meski akan berakhir huru-hara.
Ketika kembali ke ruang perawatan bapak, Juleha bertemu dengan seorang lelaki bernama Atmojo.