Emak Linik dan emaknya memang bermusuhan, tetapi dua emak tersebut justru saling menyayangi anak madunya. Baik dia maupun Wika tidak pernah menjadi pelampiasan kemarahan para istri bapak yang terus berseteru.
Suatu waktu, Juleha pernah memergoki Wika tidur di pangkuan emaknya. Keakraban mereka memang bukan rahasia lagi, semua tetangga juga tahu. Anehnya, Juleha juga tidak merasa cemburu sebab dia pun sering bermanja ria dengan Mak Linik.
"Maafin emak ya, Bik. Udah wataknya ngomong kasar gitu," kata Wika sambil memegang tangan emak.
"Santai aja, Wik. Bibik nggak ambil ati ... kamu yang rukun sama Juleha. Bagaimanapun kalian saudara."
Acara menguping pembicaraan harus ketahuan sebab ada kecoak hinggap di pundaknya. Sayangnya, baik emak maupun Wika tidak mau menolong. Mereka justru kompak mengolok-oloknya hingga dia makin histeris.
"Itu akibatnya kalau suka ngintip," ledek Wika.
"Heleh, kayak Mbak Wika nggak pernah nguping obrolanku sama Mak Linik."
"Bik ... Leha fitnah, tuh."
"Ngadu ... wekkkkk."
Senyum mengembang di bibir Juleha saat mengingat kekonyolan mereka di rumah. Biasanya, emak selalu membela Wika dan adegan akan berakhir jika dia sudah ngambek.
Pada kesempatan yang lain, Juleha pun mencurahkan perasaannya kepada Mak Linik.