Kisah gadis tomboi yang berliku dalam menemukan jodohnya. Ikuti kisah Juleha by Danu. Dilarang copas, ygy.
"Harusnya bapakmu ingat perjuangan emak buat bertahan, Ha. Nggak mudah jadi istri kedua ... makan ati mulu, Ha." Suara emak dari seberang."
"Sabar, Mak. Mungkin bapak ingin bernostalgia sama Mak Linik dan Wika," sahut Juleha.
"Emang nasib ... harus ngalah mulu sama sono."
"Dulu Mak Linik juga ngrasain begini kali, Mak. Jadi, kini giliran emak yang harus ...,"
"Juanita Lestari Habiba alias Juleha! Kamu nyalahin emak? Emak sama bapakmu melakukan penyerbukan demi mendapatkan keturunan yang sah. Kamu mau emak undo masuk ke perut lagi?"
Juleha terkikik mendengar omelan emaknya. Kalau dipikir dengan akal sehat, pembelaan emak jauh dari logika. Emak bilang demi mendapatkan keturunan yang sah, sementara sudah ada Wika dari pernikahan bapak yang pertama.
"Aku minta maaf, Mak."
"Kamu cuma nggak tau aja kenyataannya, Ha. Kelak, semua orang yang pernah ngeremehin emak bakalan nyesel!"
"Termasuk aku, Mak?"
"Iya!"
"Dih, teganya."
Obrolan mereka berakhir setelah saling memaafkan. Juleha tahu, emak pasti tersiksa saat dituduh sebagai perebut suami orang. Apalagi, Mak Linik tetap bersikap ketus meski telah merestui emak sebagai madunya. Herannya, istri pertama bapak tersebut tidak pernah membenci Juleha.Â
***
Pabrik bebas lemburan pada akhir pekan kali ini, Juleha pun dapat pulang sesuai jadwal yaitu sebelum asar. Dia mengeluarkan motor dari tempat parkir di belakang pabrik lalu mengendarainya dengan santai. Rencananya, malam ini dia akan nonton drakor kesayangan yang sempat tertunda beberapa hari. Dulu, dia selalu ditemani oleh Dini setiap begadang karena mereka tinggal satu kost. Setelah tidak ada sahabatnya, dia harus rela ditemani cicak-cicak di dinding.Â
"Stop!" Satpam pabrik menghadang motor Juleha. "Ada paketan, Mbak?"
"Paket?" tanya Juleha heran.
"Teruntuk Juanita Lestari Habiba. Monggo, kuserahkan dengan sepenuh pamrih."
Kekonyolan satpam menuai tawa di bibir Juleha. Satpam satu ini lain daripada yang lain, ramah, lucu, suka menolong, sekaligus suka memalak para karyawan.
"Terima kasih. Ini buat beli kopi, Pak."
"Alhamdulillah, tiga rebon recehan tanpa karat. Nama bagus gitu ... kok, panggilannya Juleha. Kenapa sih, Mbak?"
"Mau tahu?"
"Ya, Mbak."
"Kepo "
Tanpa mempedulikan satpam yang pura-pura bengong, Juleha langsung melajukan motornya sambil nyengir. Sejujurnya, dia juga tidak tahu alasan emak menyingkat nama indahnya. Tetapi, memang tidak bisa dipungkiri bahwa dia terlanjur nyaman dipanggil dengan sebutan Juleha.
Sesampainya di kost, Juleha membuka paket. Ekspresi kesal menghiasi wajah cantiknya, rasa lapar ikut lenyap saat tahu si pengirim adalah Anusapati. Paket berisi foto-foto aktivitas emak memecah konsentrasi pikirannya.
[Sudah dibuka paket cantiknya, Juanita Lestari Habiba?]
Sebuah pesan terkirim dari nomor kekasih kakak tirinya. Juleha tidak segera membalas agar kepanikannya tidak terendus.
[Anusapati tidak pernah main-main! Camkan itu!]
Ternyata, Anusapati seperti cacing kepanasan. Padahal, Juleha belum menyampaikan apa pun kepada kakak tirinya.
[Hmmm ... nyalimu ciut juga! Kenapa blingsatan gitu kalau tidak salah?]
Juleha mengirim pesan dengan nada penuh cemooh. Namun, tidak ada balasan pesan dari lelaki yang suka main ancam hingga beberapa saat. Juleha harus memastikan keadaan emaknya atau jika perlu akan mengambil cuti terlebih dahulu. Gagal sudah acara menikmati drakor berjudul The Good Bad Mother karena mata, hati dan pikirannya tidak sinkron.Â
Semua gara-gara bulukukuk kurang asem, nih. Baiklah, kamu jual maka aku beli. Juleha tidak akan menyerah hanya karena gertak sambel," gumam Juleha.
***Bersambung***