"Mau tahu?"
"Ya, Mbak."
"Kepo "
Tanpa mempedulikan satpam yang pura-pura bengong, Juleha langsung melajukan motornya sambil nyengir. Sejujurnya, dia juga tidak tahu alasan emak menyingkat nama indahnya. Tetapi, memang tidak bisa dipungkiri bahwa dia terlanjur nyaman dipanggil dengan sebutan Juleha.
Sesampainya di kost, Juleha membuka paket. Ekspresi kesal menghiasi wajah cantiknya, rasa lapar ikut lenyap saat tahu si pengirim adalah Anusapati. Paket berisi foto-foto aktivitas emak memecah konsentrasi pikirannya.
[Sudah dibuka paket cantiknya, Juanita Lestari Habiba?]
Sebuah pesan terkirim dari nomor kekasih kakak tirinya. Juleha tidak segera membalas agar kepanikannya tidak terendus.
[Anusapati tidak pernah main-main! Camkan itu!]
Ternyata, Anusapati seperti cacing kepanasan. Padahal, Juleha belum menyampaikan apa pun kepada kakak tirinya.
[Hmmm ... nyalimu ciut juga! Kenapa blingsatan gitu kalau tidak salah?]
Juleha mengirim pesan dengan nada penuh cemooh. Namun, tidak ada balasan pesan dari lelaki yang suka main ancam hingga beberapa saat. Juleha harus memastikan keadaan emaknya atau jika perlu akan mengambil cuti terlebih dahulu. Gagal sudah acara menikmati drakor berjudul The Good Bad Mother karena mata, hati dan pikirannya tidak sinkron.Â