"Hentikan, Nak!"
Suara tertawa penuh ejek menggema di tanah lapang. Anak-anak itu mencemooh Niko sebagai anak yang hanya mampu bersembunyi di ketiak emaknya.
"Bik! Ajarin anaknya, tuh! Tidak ada yang gratis di dunia ini meski cuma nongkis doang!"
Cuih!
Niko naik pitam saat tahu salah seorang dari mereka meludahi wajah ibunya. Dia pun bangkit hendak memukul si pelaku tapi sayang pemegang pisau menyadari sepak terjangnya. Lantas ditendangnya Niko hingga hingga kembali tersungkur.
"Rozaannnnnn!"
Niko dan ibunya berteriak serentak. Beberapa detik sebelum pisau menghujam Niko, Rozan sempat menjegal kaki pelaku. Namun naas, justru dia sendiri yang menjadi pelampiasan kemarahan lelaki remaja yang tengah kalap itu. Rozan pun pingsan bersimbah darah.
Anto yang sejak tadi memutuskan untuk lapor Pak RT akhirnya datang dengan rombongan warga. Lima begudal tanggung pun dapat dibekuk lalu diserahkan kepada pihak yang berwajib.
Hati wanita paruh baya tersebut tercabik. Tangis menghujani pipinya yang pucat. Dua lelaki yang menjadi tanggungannya tergolek di rumah sakit. Satu adalah anak kandungnya yang mendapat jahitan di dahi, tangan dan kaki. Satu lagi adalah keponakannya yang tengah kritis sebab mata pisau melukai perutnya terlalu dalam.
"Maafkan aku, Bu."
Tidak ada suara yang keluar dari seorang ibu selain anggukan disertai belaian penuh kasih. Niko makin tergugu saat tahu bahwa Rozan belum juga sadar.