Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis pernah menempuh pendidikan jurusan Fisika. Dia menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, Dongeng Semua Tentang Didu, Pantun Slenco, dan antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Membungkus Kenangan Ramadan (2)

13 April 2023   13:10 Diperbarui: 13 April 2023   13:17 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Hentikan, Nak!"


Suara tertawa penuh ejek menggema di tanah lapang. Anak-anak itu mencemooh Niko sebagai anak yang hanya mampu bersembunyi di ketiak emaknya.


"Bik! Ajarin anaknya, tuh! Tidak ada yang gratis di dunia ini meski cuma nongkis doang!"


Cuih!


Niko naik pitam saat tahu salah seorang dari mereka meludahi wajah ibunya. Dia pun bangkit hendak memukul si pelaku tapi sayang pemegang pisau menyadari sepak terjangnya. Lantas ditendangnya Niko hingga hingga kembali tersungkur.


"Rozaannnnnn!"


Niko dan ibunya berteriak serentak. Beberapa detik sebelum pisau menghujam Niko, Rozan sempat menjegal kaki pelaku. Namun naas, justru dia sendiri yang menjadi pelampiasan kemarahan lelaki remaja yang tengah kalap itu. Rozan pun pingsan bersimbah darah.


Anto yang sejak tadi memutuskan untuk lapor Pak RT akhirnya datang dengan rombongan warga. Lima begudal tanggung pun dapat dibekuk lalu diserahkan kepada pihak yang berwajib.


Hati wanita paruh baya tersebut tercabik. Tangis menghujani pipinya yang pucat. Dua lelaki yang menjadi tanggungannya tergolek di rumah sakit. Satu adalah anak kandungnya yang mendapat jahitan di dahi, tangan dan kaki. Satu lagi adalah keponakannya yang tengah kritis sebab mata pisau melukai perutnya terlalu dalam.


"Maafkan aku, Bu."


Tidak ada suara yang keluar dari seorang ibu selain anggukan disertai belaian penuh kasih. Niko makin tergugu saat tahu bahwa Rozan belum juga sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun