[caption id="attachment_369493" align="aligncenter" width="496" caption="sumber : tempo.co"][/caption]
Mata hati Jokowi tidak buta...
Dia melihat, mereka menghalalkan segala cara... membredeli satu demi satu personel sang pemberantas koruptor..
###
MEMILIH, mengusulkan dan melantik Kepala Kepolisian RI adalah hak presiden. Jika ada dorongan atau penolakan maka itu hanyalah bagian dari pertimbangan.
Di tingkat elit, Jokowi telah terkepung. Semua menghendaki Sang Presiden melantik Komisaris Jenderal BG sebagai Kapolri. Mereka menekan dan merongrong hak presiden.
Memenuhi kehendak elit, Jokowi kehilangan pendukungnya - para pemilih rasional yang memilih mantan gubernur DKI ini karena janji perubahan.
Sebaliknya, dia juga bisa kehilangan dukungan dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH), kalau menuruti arus publik. Maka, Jokowi bakal mendapat hambatan berat, ketika menyodorkan nama Calon Kapolri baru.
Entah mengapa Jokowi menyodorkan nama BG yang diberi tanda merah oleh KPK. Dia harus instropeksi. Namun, ketika KPK menetapkan BG sebagai tersangka, lalu Komisi III mengembalikan nama BG ke Jokowi, sang presiden seperti terhenyak.
Dia akhirnya menunda pelantikan BG, hingga proses hukum di KPK tuntas. Tekanan mulai datang. Kalangan elit memaksanya melantik BG sebagai Kapolri, publik yang menolak keputusan itu. Tekanan semakin kuat, usai keputusan Pra Peradilan.
Buah simalakama. Jika dia melantik BG, corong meriam ke KPK sepertinya sudah siap diledakkan. Belum dilantik saja, sudah ada tembakan-tembakan kecil ke arah KPK. Teror yang memberikan sinyalemen; "Jangan sentuh BG atau.....BLAAR!!!"
Jokowi juga manusia. Mata hati nuraninya tidak buta. Dia melihat cara-cara yang digunakan untuk menghancurkan KPK. Mencari-cari kesalahan. Menggunakan kekuasaan untuk seenaknya membidik orang yang berlawanan. Demi apa? Dan, demi siapa?
Maka, saya meyakini, nurani Jokowi melihat 'kekalapan' itu. Berbuat segalanya demi penyelamatan koruptor. Dia harus bertanggungjawab dan menerima konsekuensi kehilangan dukungan publik, jika memberikan kekuasaan pada orang yang bermasalah.
Nurani Jokowi juga menekan dirinya sendiri untuk menolak pelantikan BG. Mandat rakyat sudah diserahkan pada Jokowi. Dia memegang tampuk kekuasaan. Jangan dengarkan pendapat apapun. Terlalu banyak yang berbicara. Sudah cukup.. Sekarang endapkan. Dengarkan nurani..! Masih terdengarkah suara nurani? Â (*)
baca juga
http://politik.kompasiana.com/2015/01/23/tidak-ada-kompromi-pak-presiden-703531.html
http://politik.kompasiana.com/2015/02/15/a-new-holes-706879.html
http://politik.kompasiana.com/2015/02/04/segera-akhiri-pak-presiden-kami-sudah-muak-705225.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H