Hasilnya adalah sesuatu yang mudah diambil/ dilihat, dan bagaimana mempercayai realibilitas dan validitas dari instrument yang digunakan.
M&E sebagian besar mempunyai kepentingan untuk salah satu pihak yaitu pemberi dana/ komisioner dari riset yang dilakukan,.
Hasilnya selalu digunakan untuk alasan pemgambilan strategi.
Hasil tidak mempertimbangkan secara ilmiah atau kepercayaan dari penglihatan riset yang biasa dilakukan secara konvensional ( dan pada akhirnya juga menciptakan banyaknya power ).
Tidak cukup menggunakan metode atau kekurangan dalam akses melakukan riset, hanya beberapa suara yang disertakan dalam riset.
Pengonsumsian waktu yang terlalu lama, hal ini dikarenakan proses yang terlalu dipertimbangkan untuk memberikan kualitas pada prose situ sendiri.
Keutungan
Mudah untuk direncanakan, relative murah, attraktif untuk kerja para pembuat kebijakan dan relative prosedurnya singkat.
Semua partisipan dapat memberikan keuntungan dari adanya proses M&E, proses tersebut dapat berkontribusi secara professional dalam pembangunan yang akan dilaksanakan.
Mengijinkan munculnya perspektif yang berfikir long – term ( jangka panjang ).
M&E memberikan stimulasi pada pembelajaran dan bagaimana memimpin suatu wawasan baru yang dapat memberikan keuntungan pada proses yang sama di tempat yang lain.
Conclusion
Di seluruh dunia, EE ( pendidikan lingkungan ) dan pembuat kebijakan ESD ( pembangunan lingkungan berjangka panjang ), atau dalam hal ini adalah para praktisinya, selalu terlihat menggunakan edukasi dan strategi komunikasi untuk menciptakan dunia dimana pembangunan yang dilakukan akan berkelanjutan sebagai prospek dari pembangunan terakhir yang telah dilakukan, terutama dalam sektor lingkungan. Strategi yang digunakan adalah dengan menggunakan instrumental atau fokus pada perubahan tingkah – laku dan emancipatory ( pengembangan pada pembangunan manusia ). Penelitian yang telah dijelaskan dan dilakukan di Belanda tersebut, sebenarnya mengingatkan kepada kita bahwa pada hakikatnya solusi akan berbeda dengan pendekatan yang berbeda pula.
EE dan para pembuat kebijakan mengenai ESD harusnya melakukan konsultasi dengan pihak lain, minimal dengan berbagai pertanyaan mendasar, seperti : “ Apa yang kita harapkan untuk berubah? “ serta, “ Bagaimana pula kita memaknai suatu perubahan yang baik, dan bagaimana bentuk perubahan yang baik tersebut? “.Jawaban dari pertanyaan – pertanyaan mendasar tersebut akan berimplikasi pada bagaimana level partisipasi dari para stakeholder dalam melakukan intervensi, desain, monitoring, dan evaluasi. Refleksi dari pertanyaan tersebut juga akan menentukan edukasi yang seperti apa, partisipasi, komunikasi, dan bagaimana perpaduan dapat dilakukan secara tepat dan bagaimana kita akan mengejar hasil yang sudah ditentukan sebelumnya.
REFERENSI
Wals, Arjen E.J & Eijff, Floor Geerling. 2008. All Mixed Up? Instrumental and Emancipatory Learning Toward a More Sustainable World : Considerations for EE Policymakers. UK : Routledge.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H