Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengguncang dunia.
Umar pun mengingatkan agar kaum muslim menjauhi kemaksiatan dan segera kembali kepada Allah. Umar bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana alam merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah SWT.Â
Dari kisah Umar bin Khattab RA diatas, dapat kita renungi kembali bahwasannya gempa bumi terjadi akibat ulah manusia itu sendiri yang tidak mau peduli serta tidak mau mengambil ayat-ayat Allah SWT sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya. Dan apabila gempa bumi terjadi ini menandakan bahwa manusia telah banyak melakukan banyak kemaksiatan dan kerusakan di bumi.
Maka hal ini sejalan dengan begitu banyaknya kemaksiatan dan kezaliman yang terus terjadi dizaman ini. Seperti kasus pemerkosaan yang menimpa sebagian besar para pelajar tingkat SD/SMP/SMA, dimana tiap tahunnya tingkat kasus pemerkosaan semakin meningkat, pembunuhan  semakin banyak terjadi.
Seorang anak membunuh orangtuanya akibat keinginannya tidak dipenuhi, istri membunuh suaminya disebabkan suami berselingkuh dengan wanita lain, teman membunuh sesama teman.
Dan masih banyak lagi, sungguh miris!. Kerusakan dan kezaliman tidak hanya berhenti disitu saja, seputar kalangan atas bahkan pemimpin atau pemerintah pun terus mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan Undang-Undang yang hanya menyengsarakan masyarakat, seperti iuran BPJS yang terus meningkat sehingga memberatkan beberapa masyarakat kalangan bawah, dimana masyarakat tidak mampu ketika sakit butuh jaminan kesehatan dari pemerintah, Â namun malah dibebankan lagi dengan kebijakan ini, padahal mencari biaya hidup untuk makan dan tempat tinggal saja susah, lalu bagaimana mungkin iuran BPJS kemudian ditingkatkan.
Walhasil masyarakat hanya bisa menjerit dengan berbagai kebijakan pemerintah. Juga seperti kebijakan Omnibus LAW yang disahkan menuai banyak protes dari para pekerja/buruh. Bagi mereka setiap pasal-pasal dalam Omnibus Law menunjukan negara mengabaikan hak rakyat untuk hidup.
Tidak hanya itu, Â Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki negera pun dibabat habis oleh para pemegang saham atau asing. Tambang emas, nikel, aspal, dan sumber daya alam lainnya bukan lagi diperuntukan kepada masyarakat melainkan diperuntukan kepada pemegang modal atau asing.
Bahkan masyarakat hanya mendapatkan dampak negatif dari pengelolahan sumber daya alam tersebut, seperti asap pabrik yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat, ribuan lubang tambang yang terbengkalai tidak ditutup kembali oleh pemerintah, akibatnya menelan banyak korban, walhasil mereka bingung harus menuntut siapa ketika keluarga dan anak-anak mereka menjadi korbannya, dan pemerintah tidak berbuat apa-apa, seperti berupaya menutupi lubang tambang, atau semacamnya (bbc.com).
Masyarakat hanya bisa menerima, pasrah dengan nasib naas yang dialami keluarga korban. Kebijakan pemerintah yang katanya untuk menyejahterakan masyarakat namun faktanya berbanding terbalik, masyarakat akhirnya merasa  tidak di adili dengan seadil-adilnya.
 Itulah mengapa ayat-ayat Allah tidak diindahkan, Syar'iat Allah tidak dijalankan, justru  malah diabaikan. Akibatnya kezaliman terus terjadi, pemimpin yang abai dengan aturan Allah sehingga membuat aturan yang justru hanya untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk kepentingan atau kesejahteraan rakyat, mau tidak mau rakyat hanya bisa menerima kebijakan yang dikeluarkan, menjalankan aturan yang mereka buat sendiri, melakukan banyak kemaksiatan, dan membuat mereka semakin jauh dengan aturan Allah SWT. Dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang dibuat oleh manusia yang telah banyak mengundang kemurkaan Allah SWT.