Mohon tunggu...
Dany Setia
Dany Setia Mohon Tunggu... Auditor - Pekerja biasa

Hanya seseorang yang telah, sedang dan akan terus belajar untuk bisa menjadi orang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kena Tilang... Biasa Aja Ah, Kena Tilang dan STNK-nya Ketukar... Itu Baru Repot!

8 Januari 2014   15:27 Diperbarui: 6 Maret 2024   11:20 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_314669" align="aligncenter" width="593" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"]Yups,..sebenarnya saya termasuk pengendara motor yang cukup disiplin, tidak suka menerobos lampu merah, tidak suka lewat trotoar atau bahkan sampai melawan arah. 

Tapi entah kenapa pada sore itu, tepatnya tanggal 31 Oktober 2013 saya tergoda untuk melanggar lalu lintas. Sebenarnya saya tidak bermaksud untuk masuk jalur busway, tapi kebetulan di persimpangan putaran balik, pas saya mau ambil kiri di sebelah kiri saya ada mobil yang menghalangi jadinya saya putuskan sepertinya gak apa-apa kalo masuk jalur busway saja sebentar terus nanti keluar lagi di depan sana.

Ehhh.. dasarnya lagi apes, saya tidak memperhatikan kalau di depan saya sedang ada busway yang berhenti di haltenya. Saya terpaksa jadi harus ikut berhenti dan menunggu di belakang busway. 

Saat itulah pak polisi mendatangi saya dan berkata,

" Selamat sore pak, Bapak telah melanggar lalu lintas dengan memasuki jalur busway ini. bisa saya lihat SIM dan STNKnya?".

"iya pak, maaf pak saya buru - buru " jawab saya.

Kebetulan hari itu adalah hari terakhir saya kerja sebelum mulai cuti dan berencana pulang kampung keesokan harinya, jadi sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di rumah.

Saat itu, saya bukan satu-satunya yang sore itu ditilang, di belakang saya ada mobil yang lewat jalur busway dan ditilang juga. Jadi SIM dan STNK saya di bawa oleh pak polisi pada saat menilang mobil tersebut. 

Akhirnya bla bla bla....86.

"ini SIM dan STNKnya, lain kali jangan di ulangi lagi", kata pak polisi sambil mengembalikan SIM dan STNK saya.

"Siap Pak!" jawab saya singkat sambil memasukkan SIM dan STNK ke dalam dompet tanpa mengecek lagi. 

Skip Skip.....Cuti lancar, mudik lancar, liburan dan jalan-jalan lancar sampai akhirnya tanggal 24 November 2013 ada kejadian lagi ketika sedang pergi ke sebuah mall menggunakan sepeda motor.

Seperti lazimnya parkiran sepeda motor di mall, pas keluar pasti akan di cek STNKnya.

"Cek STNK mas", kata petugas parkir

" ini mas", sambil saya menunjukkan STNK yang ada di dalam dompet.

"bukan ini STNKnya mas, ini STNK mobil", kata petugas parkirnya.

"Masa sih mas, mobil siapa? saya kan gak punya mobil, coba lihat", jawab saya sambil melihat STNKnya.

Gubrakkkkkkk........STNK motor Honda Revo saya berubah jadi STNK Mobil Toyota Yaris. 

Setelah urus-urus prosedur tidak membawa STNK di parkiran mall tersebut, saya pulang. Sepanjang perjalanan pulang sampai di rumah saya terus memikirkan kenapa STNK saya bisa berubah ( tertukar), saya runut-runut terus kapan terakhir mengeluarkan STNK. Dan....saya baru ingat terakhir saya mengeluarkan STNK adalah pada waktu di tilang dan yang ada di belakang saya waktu itu adalah mobil. Jangan-jangan ini STNK mobil tersebut dan STNK motor saya di bawa oleh pengendara mobil itu. 

Hari senin tanggal 2 Desember 2013 saya berusaha mencari alamat pemilik mobil tersebut.

Sebagai informasi STNK saya masih terdaftar di daerah dan atas nama bapak saya, jadi kemungkinan besar pemilik mobil akan susah untuk mencari alamat tersebut. 

Rumah yang saya cari akhirnya ketemu dan saya bertemu dengan nama yang tertera di STNK mobil yang saya bawa. namun beliau menjelaskan bahwa mobil dan STNK motor saya di bawa oleh suaminya, dan suaminya jarang pulang. Akhirnya beliau memberikan nomor telepon suaminya untuk dihubungi dan diajak janjian bertemu. 

Dan disinilah susahnya kalo harus berurusan dengan orang yang (maaf) "tidak jelas". Istilah "orang tidak jelas" ini disampaikan oleh orang yang kenal dengan beliau, yang saya temui di penjelasan selanjutnya. 

Sejak pertama kali saya SMS dan telepon untuk mengajak bertemu dengan beliau ( sebut saja Pak Y), jawaban beliau hanya di sekitaran " iya pak, nanti saya hubungi", "saya sedang ada meeting, nanti saya hubungi", "nanti kalo saya sudah siap, saya hubungi", dan semacamnya. 

Bahkan sempat saya sudah agak emosi dan meminta kejelasan kapan bisa janjian untuk bertemu dan dimana, malah si Pak Y ini yang marah-marah dan mengatakan: " saya ketua (salah satu profesi) di jakarta utara, Bapak jangan macam-macam". 

Usaha untuk mebuat janji bertemu tersebut saya usahakan sampai hampir 3 minggu, sampai akhirnya saya berusaha meminta tolong istrinya untuk mengajak pak Y janjian bertemu. 

Saya diberikan alamat apartemen pak Y dan disuruh untuk menemui di sana. Tetapi lagi-lagi 3 x saya kesana, 3 x juga saya tidak bisa bertemu pak Y, ketika saya SMS/telpon jawabannya seperti sebelumnya, " nanti ya", dan semacamnya.

Bahkan sejak ke Apartemen itu pertama kalinya saya sudah sampaikan ke pak Y untuk menitipkan STNK saya di security saja kalo memang sibuk, nanti saya tukar di situ. Tetapi hasilnya NIHIL.

Disitulah keluar penjelasan dari yang kenal dengan pak Y, " susah pak kalo berurusan dengan orang yang tidak jelas". 

Cukup aneh memang kok malah saya yang aktif mengejar-ngejar dan berinisiatif untuk menukar STNK kami ini. STNK yang mau saya ambil hanyalah STNK motor yang mungkin nilai motornya tidak lebih dari 3 juta, dan STNK pak Y yang saya pegang adalah STNK Mobil yang mungkin nilainya masih puluhan juta. Pun untuk mengurus STNK hilang di polisi antara STNK motor dengan STNK mobil juga pasti biayanya jauh berbeda. 

Sampai akhirnya tanggal 16 Desember 2013 saya sekali lagi memastikan ke pak Y, sebenarnya STNK saya ada dimana, kapan bisa diambil atau kalo memang sudah hilang saya anggap bahwa kita sama-sama sudah kehilangan STNK jadi biar sama-sama mulai mengurus ke polisi. 

Saat itulah pak Y baru memberi tahu bahwa STNK saya posisinya tidak sama dia, tapi dipegang oleh (katanya karyawannya) di bagian lain kota Jakarta. 

Keesokan harinya tanggal 17 Desember 2013, saya putuskan untuk meminta alamat lengkap sang karyawan yang memegang STNK itu dan saya datangi alamat tersebut untuk mengambil dan menukar STNKnya.

Akhirnya STNK motor saya bisa kembali dengan selamat. 

Sebagai pelajaran, apabila kena tilang di jalan dan saat itu sedang rame yang kena tilang juga, sebelum pergi di cek dulu STNKnya. Jangan sampai tertukar. Kalau hanya ketilang sih, saat itu juga bisa diselesaikan urusannya. Tapi kalau sampai tertukar STNK atau SIMnya, bisa sampai hampir 1 bulan repotnya. 

Pelajaran yang lain adalah taati peraturan lalu lintas dan disiplin di jalan agar tidak kena tilang, hehe..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun