Sejujurnya, walaupun ada perasaan bersalah kepada pak Y, tapi kalo ingat perjuangan dan usaha saya untuk mendapatkan STNK ini, saya jadi malas untuk segera mengantar STNK itu. Ada perasaan..kemarin saya juga harus berusaha dan menunggu sebulan untuk mendapatkan kembali STNK saya, itupun harus saya sendiri yang pontang-panting.Â
Jadinya sore itu saya belum mengantar STNK ke apartemen pak Y. Pagi harinya pak Y SMS, menanyakan kenapa STNKnya belum diantar. Saya jawab saja, kemarin hujan jadi belum sempat. Mungkin khawatir STNKnya saya bawa kabur.Â
Saya janjikan besok kalau tidak hujan saya antarkan. Ingin rasanya menyuruh pak Y saja yang mengambil di tempat saya, tapi rasanya kok tidak tega aja. Nanti sama saja kelakuan saya seperti pak Y. Mempersulit orang lain. Lagian apartemen pak Y lokasinya sejalan dengan jalur pulang kantor saya, jadi sekalian saja saya antarkan.Â
Akhirnya sore hari berikutnya saya antarkan STNK itu ke apartemen pak Y, dan karena pak Y lagi-lagi tidak bisa di temui, STNK itu saya titipkan di security biar diambil sendiri disitu.
Jadinya selama hampir 1 bulan berurusan dan kejar-kejaran, sampai akhirnya beres semua. tidak sekalipun saya bisa bertemu dengan pak Y.
Benar-benar " orang yang tidak jelas".Â
Dan menurut pak Y, saya mungkin juga "orang yang tidak jelas", hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H