"Aktualisasi diri merupakan tingkat tertinggi dalam piramida Abraham Maslow"
Coba renungkan, kira-kira apa yang kita kerjakan sekarang, apakah memang menjadi sesuatu yang kita inginkan sejak awal? Jangan-jangan kita bekerja hanya untuk pemenuhan hidup diri saja?
Dalam hierarki Abraham Maslow, pemenuhan fisiologis atau kebutuhan hidup ternyata baru tingkatan dasar saja atau baru tahap awal dalam diri seseorang.
Menjadi sebuah pertanyaan, lalu apakah sepanjang hidup kita sebagai pribadi hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan paling dasar saja, atau berada di tingkat dasar terus tanpa naik tingkat ke tahapan selanjutnya?
Bagi penulis secara pribadi, perenungan ini muncul ketika sudah terus bekerja hingga saat ini, dan mungkin sudah stagnan karena seakan pekerjaaan yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tanpa disadari, hal yang dilakukan adalah tingkat paling dasar dan selama belasan tahun "terjebak" dengan rutinitas, sehingga esensi atau hakikat sebagai manusia seolah tereduksi.
Tulisan ini sebatas curhatan yang penulis ingin sharingkan, karena selama beberapa waktu terakhir mempertanyakan kembali esensi ketika melakukan suatu pekerjaan.
Keinginan untuk aktualisasi diri merupakan bagian yang sebenarnya ada dalam diri seseorang, karena setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk memiliki pencapaian diri.
Ibaratnya, ketika masih kecil bukankah kita sering ditanya "nanti kalau besar cita-citanya mau jadi apa?"
Secara tidak langsung, sebenarnya itu merupakan keinginan kita yang muncul dari imajinasi ataupun terbentuk dari lingkungan primer yang ada di sekitar kita.
Dengan kata lain, sejak kecil kita tidak ditanamkan untuk nantinya dalam memilih profesi ataupun pekerjaan hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan diri saja atau tingkat dasar dari hierarki Maslow tersebut.
Ketika ditanya tentang cita-cita, maka yang dituju adalah puncak tertinggi dalam hierarki  yaitu bagaimaman kita memperoleh aktualisasi diri dengan apa yang kita lakukan.
Kembali kepada sharing penulis di awal, bahwa saat ini sedang dalam kondisi stagnan, karena seolah apa yang saat ini dikerjakan hanya untuk pemenuhan kebutuhan sendiri.
Tentu saja ingin agar melakukan apa yang memang penulis inginkan yaitu bekerja sesuai dengan apa yang disenangi, walau tentu itu butuh proses dan pemikiran yang mendalam.
Hal ini karena ketika bekerja sesuai keinginan tentu ada harga yang harus dibayar tetapi jika itu memang untuk mencapai apa yang menjadi tujuan hidup kita, tentu itu hal yang lumrah.
Paling tidak kita tidak lagi hanya bekerja untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga memiliki arti atau makna buat orang lain.
Jangan sampai, kita kelihatannya bekerja keras tetapi sebenarnya tidak terlalu berdampak buat sekeliling dan hanya sebatas memenuhi kebutuhan hidup saja.
Bagaimana dengan para pembaca, apakah sudah bekerja untuk aktualisasi diri atau masih seperti penulis sedang belajar untuk menapaki tangga demi tangga dalam tingkatan hierarki maslow ?
23 November 2024
-dny-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H