"Jangan taruh semua telurmu dalam satu keranjang"
Filosofi investasi di atas tentu sering kita dengar dalam dunia financial atau keuangan. Dengan kata lain, pepatah tersebut digunakan untuk meminimalisir kerugian.
Satu kata yang berkaitan dengan hal tersebut ialah diversifikasi atau memecah modal atau dana kita ke dalam beberapa instrumen investasi atau juga ke beberapa tempat jika itu instrumen investasi yang sama.
Baca juga: Investasi Diri Sebelum Investasi UangmuSebagai contohnya, penulis memberikan contoh jika kita melakukan investasi saham, maka dengan konsep diversifikasi ini jangan menaruh modal kita dalam sedikit saham tapi sebarlah ke banyak saham.
Tentu hal ini akan memperkecil potensi kerugian yang akan kita dapatkan. Akan tetapi, sadarkah kita bahwa hal sebaliknya juga akan terjadi yaitu akan memperkecil pula kemungkinan keuntungan yang akan kita dapatkan.
Ketika saya memiliki dana misalnya 100 juta lalu saya sebar ke 10 saham dengan masing-masing diberikan porsi yang sama yaitu 10 juta rupiah, maka kalau ada 5 yang rugi masih ada 5 pula yang masih untung.
Meski demikian, untung yang akan didapatkan tentu tidak akan maksimal, bahkan bisa jadi akan rugi jika ternyata saham yang rugi malah lebih besar prosentase kerugiannya dibandingkan saham yang untung.
Lalu pertanyaannya, strategi apa yang paling tidak bisa juga memberikan return atau imbal hasil investasi yang menguntungkan tetapi juga modal tetap bertumbuh.
Salah satunya ialah memfokuskan atau konsentrasi hanya pada 3 - 5 saham perusahaan yang kita memang ketahui produk maupun juga hasilnya. Bahkan jika memang kita sudah yakin pada 1 atau 2 perusahaan saja maka boleh saja fokus / konsentrasi pada saham perusahaan tersebut.
Penulis sendiri sudah pernah mencoba melakukan diversifikasi, padahal modalnya masih kecil tapi disebar kepada belasan saham sampai 15 saham padahal modalnya masih sangat kecil.
Memang ada yang untung puluhan persen, tapi itu tidak berarti apa-apa karena ternyata di saat bersamaan ada saham lain yang justru juga mengalami kenaikan lebih signifikan.
Akan tetapi, karena banyak saham yang kupegang akhirnya justru keteter dan tidak menjadi fokus. Hal tersebut menjadi pengalamanku untuk makin mengasah kemampuan dalam berinvestasi.
Dari hal ini, penulis juga belajar bahwa ternyata jika modal masih kecil jangan melakukan over diversifikasi karena hasilnya tentu tidak akan maksimal.
Namun, ketika dana sudah besar dan memang bukan kelasnya untuk menjadi ritel, maka tentu butuh yang namanya diversifikasi untuk mengamankan dana atau modalnya yang besar.
Tentu, setiap kompasianer juga para pembaca memiliki pandangan yang berbeda dengan saya, tetapi justru itulah salah satu alasan saya membuat artikel ini.
Paling tidak, kita bisa diskusikan, sehingga nantinya diharapkan kita juga sama-sama belajar untuk berinvestasi, karena memang investasi itu bukan instan tetapi sebuah proses.
Ibaratnya menanam benih pohon, tentu tidak akan langsung terlihat dalam harian, mingguan, atau bulanan, tetapi harusnya memiliki mindset long term atau jangka panjang.
Jadi lakukan diversifikasi ketika modal investasi kita sudah besar, tetapi sebelumnya fokus dan konsentrasi dulu untuk membesarkan dana modal yang dimiliki, barulah nantinya kita akan diversifikasi.
24 OktoberÂ
 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H