Jika anda ditanya, kalau mendapat keuntungan pasti senang dong, akan tetapi jika kemudian ada pendapat takut mendapat keuntungan tetapi berani menanggung kerugian, menurut anda?
Tentu para pembaca akan berpikir, kenapa harus takut untuk mendapat keuntungan, bukankah itu hal yang menyenangkan? Lagipula hampir sebagian besar dari kita pasti ingin mendapat keuntungan.
Dalam tulisan kali ini, penulis ingin berbagi dengan pengalaman dalam melakukan investasi di pasar modal yaitu pada instrumen saham.
Berbicara tentang topik investasi, maka investasi saham menjadi salah satu investasi yang menjanjikan karena mendapat keuntungan, namun juga dapat merugikan jika kita tidak belajar mendalaminya.
Pasca pandemi covid 19 yang sekarang sudah menjadi endemi sehingga kegiatan perekomian menjadi normal kembali, begitupula yang terjadi pada dunia pasar modal.
Ketika mulai banyak investor pemula yang memasuki pasar modal dan berinvestasi di saham saat terjadi pandemi dimana IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan anjlok, maka tentu itu menjadi entry poin yang menarik bagi siapa saja yang punya modal saat itu.
Dalam 2 tahun saja dari 2020 - 2022 saja, bisa jadi seorang yang berinvestasi atau membeli saham-saham perusahaan di pasar modal, pasti akan mengalami keuntungan signifikan mencapai puluhan persen.
Ini tentu saja hal yang menggiurkan bagi setiap orang, karena untuk mendapat keuntungan puluhan persen hanya dalam waktu singkat, tetapi tentu tidak selalu akan seperti itu, hal ini karena force majour atau terjadi pandemi yang tidak terprediksi sebelumnya.
Dari hal ini tentu para pembaca akan bertanya, lalu bukankah menyenangkan mendapat keuntungan puluhan persen, lalu mengapa judul artikel ini takut mendapat keuntungan?
Seperti penulis katakan di awal, artikel ini adalah sharing pengalaman pribadi penulis yang menjadi investor sejak sebelum terjadinya pandemi covid 19 yang melanda seluruh dunia tersebut.
Sebagai contoh, siapa yang tidak kenal dengan perusahaan konsumer yang produk-produknya hampir dikenal dan dipakai oleh sebagian masyarakat Indonesia?
Saham perusahaan konsumer tersebut sebelum pandemi berada di kisaran harga 8000-10.000 rupiah/lembarnya, atau jika ingin berinvestasi maka kita harus menyediakan antara 800 ribu hingga 1 juta rupiah untuk mendapatkan setiap lotnya.
Penulis kemudian mencoba membeli beberapa lot sekitar akhir tahun 2019 di kisaran harga 8000-an karena itu harga cukup rendah saat itu (ingat ini tidak tahu lho kalau akan ada pandemi).
Tiba-tiba pandemi melanda dan hampir semua sektor mengalami dampak tanpa terkecuali dengan harga-harga saham bahkan dengan perusahaan terkenal tersebut.
Pada titik inilah, penulis dihadapkan pada kenyataan apakah berani menanggung kerugian atau cut loss lebih dari 50% dari modal atau justru menunggu atau bahkan menambah lagi di harga lebih murah? (berani untuk rugi)
Di saham lainnya (perusahaan tambang batubara) yang penulis miliki justru terjadi sebaliknya, penulis membeli saat pandemi dan kemudian dalam waktu kurang dari 6 bulan, penulis untung sekitar 20-30% dan itu keuntungan lumayan dalam waktu singkat.
Akan tetapi, alasan penulis merealisasikan keuntungan saat itu karena takut nantinya akan hilang keuntungan, maka segera merealisasikan keuntungan (seperti judul di atas takut untung).
Lalu apa yang terjadi? Saham perusahaan batubara tersebut melonjak hingga 300 % hanya dalam tempo kurang dari 2 tahun (rentang waktu yang sama yaitu 2020-2022).
Refleksi yang penulis ambil memang, kita tidak boleh menyesali keuntungan yang sudah didapat, namun juga belajar untuk bersabar, karena jika memang perusahaan itu bagus pasti akan berbalik dari kerugian menjadi keuntungan.
Takut kalau nanti keuntungan hilang sehingga segera merealisasikan keuntungan, padahal perusahaan tersebut masih terus bertumbuh.
Di sisi lain berani menanggung kerugian dan tetap menahan saham yang rugi serta tidak cut loss padahal perusahaan tersebut dalam kondisi tidak baik.
Kalau anda seorang investor, mana yang dipilih?
-dny-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI