Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Punya Dana THR, Pilih Deposito atau Reksadana?

8 Mei 2023   06:30 Diperbarui: 8 Mei 2023   06:31 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

"Wah, bunga deposito ternyata kecil dan tidak sebanding imbal hasil dengan waktu menunggunya"

Pernyataan tersebut mungkin pernah kita dengar atau bahkan muncul dari kita sendiri ketika melihat prosentase bunga deposito yang ditawarkan oleh pihak bank saat ini. Sebagai gambaran, rata-rata bunga deposito berada di kisaran 2,5%-5 %/tahun, hanya sedikit bank yang menawarkan di atasnya.

Artikel ini merupakan lanjutan atau bagian kedua dari tulisan sebelumnnya yaitu sharing penulis tentang belajar melakukan investasi. Bagi yang ingin membaca bagian pertama, bisa meluncur ke link berikut ini belajar investasi bagian 1 deposito

Jika sebelumnya penulis sharing tentang deposito, pada bagian kali ini penulis ingin berbagi tentang instrumen investasi lainnya dengan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito yaitu reksadana.

Reksadana sendiri memiliki makna berdasarkan undang-undang pasar modal yaitu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Secara sederhana, jika kita memiliki dana lalu ingin menginvestasikannya, maka kita mempercayakan dana tersebut kepada manajer investasi dari perusahaan investasi dan mereka yang akan mengelolanya.

Dana kita tersebut akan digabungkan dengan dana dari investor lainnya yang nantinya manajer investasi ini akan memasukkan dalam instrumen saham, obligasi, ataupun instrumen keuangan lainnya. 

Kelebihannya adalah bagi kita yang masih awam investasi namun ingin belajar lebih dalam, maka memulai dengan reksadana tentu menjadi opsi tepat untuk mengawalinya.

Selain itu, imbal hasil yang diberikan juga lebih tinggi dibandingkan jika kita menaruh dana di bank untuk didepositokan. Akan tetapi, tentu ada juga resiko, tergantung dari kondisi perekonomian.

Sebagaimana tulisan ini bersifat sharing pengalaman penulis ketika memulai belajar reksadana, maka awalnya tentu membuka rekening di perusahaan sekuritas untuk membeli reksadana.

Penulis juga mencoba mencoba 2 macam reksadana yaitu reksadana pasar uang (resiko rendah) dan reksadana saham (resiko tinggi), tentu dengan imbal hasil bergantung dengan resikonya.

Selain dengan reksadana, penulis juga langsung otodidak terjun belajar di instrumen saham, karena sekuritas memungkinkan memiliki keduanya (untuk investasi saham, akan dibahas pada bagian berikutnya).

Sebagai gambaran untuk reksadana pasar uang dengan resiko rendah hampir sama seperti deposito, rata-rata imbal hasil yang didapat per tahun sekitar 6-7 %, itu sudah memperhitungkan dampak pandemi covid 19.

Silahkan pembaca membandingkan bunga deposito bank jika dirata-rata saat ini antara 2,5-4 %/tahun. Tentu yang penulis bandingkan adalah reksadana pasar uang yaitu reksadana yang paling rendah secara resiko.

Sedangkan untuk reksadana campuran, atau bahkan reksadana saham tentu imbal hasilnya akan lebih tinggi lagi, tetapi resiko juga akan makin besar. 

Apapun itu, prinsip utamanya adalah bagaimana kita menyimpan dana yang dimiliki untuk jangka panjang bukan untuk jangka pendek, serta tentu dengan imbal hasil yang lebih tinggi bukan?

Sampai saat ini, penulis tetap menginvenstasikan dana seperti layaknya menabung, bahkan mulai dari nominal 100 ribu rupiah saja. Tentu makin lama akan makin besar, dan dalam reksadana ini bisa terus ditambahkan berbeda dengan deposito yang kita tidak bisa tambahkan dana kita sewaktu-waktu.

Lepas dari apapun, ini hanyalah sharing penulis, bagi para pembaca yang sudah lebih dahulu berinvestasi atau juga yang ingin berdiskusi boleh sharing pengalaman di kolom komentar, untuk kita sama-sama belajar.

Prinsipnya ialah investasi diri selain menginvestasikan uangmu.

-dny-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun