Penulis juga mencoba mencoba 2 macam reksadana yaitu reksadana pasar uang (resiko rendah) dan reksadana saham (resiko tinggi), tentu dengan imbal hasil bergantung dengan resikonya.
Selain dengan reksadana, penulis juga langsung otodidak terjun belajar di instrumen saham, karena sekuritas memungkinkan memiliki keduanya (untuk investasi saham, akan dibahas pada bagian berikutnya).
Sebagai gambaran untuk reksadana pasar uang dengan resiko rendah hampir sama seperti deposito, rata-rata imbal hasil yang didapat per tahun sekitar 6-7 %, itu sudah memperhitungkan dampak pandemi covid 19.
Silahkan pembaca membandingkan bunga deposito bank jika dirata-rata saat ini antara 2,5-4 %/tahun. Tentu yang penulis bandingkan adalah reksadana pasar uang yaitu reksadana yang paling rendah secara resiko.
Sedangkan untuk reksadana campuran, atau bahkan reksadana saham tentu imbal hasilnya akan lebih tinggi lagi, tetapi resiko juga akan makin besar.Â
Apapun itu, prinsip utamanya adalah bagaimana kita menyimpan dana yang dimiliki untuk jangka panjang bukan untuk jangka pendek, serta tentu dengan imbal hasil yang lebih tinggi bukan?
Sampai saat ini, penulis tetap menginvenstasikan dana seperti layaknya menabung, bahkan mulai dari nominal 100 ribu rupiah saja. Tentu makin lama akan makin besar, dan dalam reksadana ini bisa terus ditambahkan berbeda dengan deposito yang kita tidak bisa tambahkan dana kita sewaktu-waktu.
Lepas dari apapun, ini hanyalah sharing penulis, bagi para pembaca yang sudah lebih dahulu berinvestasi atau juga yang ingin berdiskusi boleh sharing pengalaman di kolom komentar, untuk kita sama-sama belajar.
Prinsipnya ialah investasi diri selain menginvestasikan uangmu.
-dny-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H