"Wah kamu sekarang main saham juga ya?" Begitu pertanyaan yang saya pernah dapat dari salah seorang rekan, ketika saya mulai belajar investasi di saham. Awalnya, saya biasa saja dengan pertanyaan yang diajukan, namun kemudian saya tergelitik juga dengan 2 istilah yang menurut saya berbeda yaitu main dan investasi.
Ketika mengatakan main, kesan yang ditangkap adalah melakukan sesuatu hal dengan tidak serius. Padahal ketika seseorang mengalami kerugian di saham itu kehilangan uang lho dan itu bukan main-main tapi serius karena yang hilang uang (kerugian atau cut loss).
Kalau misal kehilangan uang, maka kita akan cari sedemikian rupa hingga menemukannya. Namun, jika kita cut loss di saham dan mengalami kerugian yang berakibat uang hilang tentu kita tidak bisa cari, tetapi itu menjadi suatu pelajaran bagi kita agar lebih berhati-hati dalam memilih emiten perusahaan yang sahamnya kita beli.
Jika mindset kita adalah main saham, maka kita hanya memandang saham sebagai sebuah lembar atau lot  dengan harga tertentu yang berfluktuasi. Kita bisa membeli dan menjualnya bahkan tanpa harus melihat sebenarnya perusahaannya bagus atau tidak.Â
Lalu pertanyaan yang akan muncul, apakah itu hal yang salah? Tentu tidak karena itu adalah mindset atau kerangka pikir setiap orang dan juga hak seseorang untuk memberikan istilah apapun.
Di sini penulis tidak sedang ingin memperdebatkan tentang istilah main saham atau investasi saham. Bagi yang menganggapnya itu hal yang sama saja, tentu itu sangat diperbolehkan dan hak mereka, begitupula dengan opini pribadi penulis ini.
Saham merupakan salah satu instrumen investasi selain emas, properti, deposito, reksadana, obligasi dan lainnya. Dari hal inilah maka penulis merenungkan berarti mindset yang harusnya ada dalam diri penulis ialah investasi saham dan bukan main saham.
Penulis sendiri sudah mencoba beberapa instrumen investasi seperti yang disebutkan sebelumnya. Kemudian sudah beberapa tahun terakhir ini, penulis menekuni investasi di saham, karena dari pengalaman penulis secara imbal hasil lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Mungkin ada pembaca yang memikirkan, iya tapi khan resikonya juga tinggi. Tentu saja setiap investasi pasti ada resikonya, bukan hanya investasi saham.
Inilah yang membuat penulis lebih nyaman menggunakan istilah investasi saham dan bukan main saham. Hal ini karena jika mindset kita adalah melakukan investasi, maka itu seperti menanam benih, pasti ada proses untuk berkembangnya dan tidak bisa dalam semalam langsung tumbuh dan berbuah.
Penulis sendiri di awal dahulu berkenalan dengan saham, sering melakukan trading harian yaitu beli pagi dan jual sore. Setelah beberapa waktu, kemudian penulis menyadari yang terjadi bukannya portofolio naik tapi ternyata malah berkurang.
Selain itu, penulis juga sangat jarang mendapat keuntungan maksimal yang sering malah kerugian. Hal ini karena menahan saham paling lama seminggu atau maksimal sebulan saham.
Ketika penulis merubah cara berpikir bahwa saham adalah untuk investasi, maka dengan dana tersisa yang masih ada penulis lalu mempelajari sedikit tentang perusahaan. Salah satu contohnya, apakah labanya bertumbuh, atau minimal harganya masih di bawah harga wajarnya.
Hanya dengan perubahan mindset bahwa yang tepat adalah investasi saham dan berusaha menguasai diri untuk tidak terburu-buru menjualnya maka penulis juga beberapa kali mendapat keuntungan maksimal, walau nominalnya masih kecil. Namun bukankah mendapat hal besar dimulai dengan hasil yang kecil dahulu?
Investasi saham akan membuat kita memperpanjang waktu menahan saham perusahaan yang kita miliki. Lagipula ketika kita membeli sebuah saham, bukankah paling tidak kita pernah mendengar atau mengetahui perusahaan atau produknya, sehingga kitapun akan menjaga uang kita dan tidak bermain-main dengan dana yang dimiliki.
Tulisan ini hanyalah coretan tidak penting dari investor pemula yang sedang belajar berinvestasi. Paling tidak penulis sudah berani mencoba untuk mempraktekkan berinvestasi, walau kadang masih mengalami kerugian. Ibaratnya, kalaupun kita jatuh, khan tidak sampai tergeletak tapi bangkit lagi dan belajar dari pengalaman tersebut.
27 Desember 2021
-dny-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H