Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Jumat Agung, Kembali ke Keluarga

10 April 2020   20:51 Diperbarui: 10 April 2020   21:24 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya Jumat Agung tahun 2020 ini menjadi hari raya pertama yang diperingati umat kristiani tidak dalam gedung gereja atau persekutuan dengan jemaat lainnya, melainkan hanya bersama dengan keluarga saja. 

Tentu hal ini bisa jadi tidak pernah terlintas dalam jemaat, karena setiap tahun tentu dalam ibadah hari raya seperti Jumat Agung, maka akan ada beberapa acara atau kegiatan yang mendukung untuk menghayati makna perayaan di dalamnya.

 Akan tetapi, pada tahun ini berbagai acara atau kegiatan yang mungkin saja sudah dirancangkan menjadi tidak dapat terlaksana, karena kondisi serta situasi saat ini yang tidak memungkinkan. 

Jumat Agung menjadi rangkaian dari kisah Yesus Kristus yang diawali dengan penderitaan sampai pada kematian-Nya di hari Jumat, maka kita memperingati sebagai hari raya Jumat Agung. 

Hari raya berikutnya yang diperingati adalah 3 hari setelah kematian-Nya di kayu salib untuk menebus dosa manusia, maka DIA bangkit dari maut dan inilah yang diperingati sebagai hari raya Paskah atau kebangkitan Yesus Kristus yang jatuh pada hari minggu. 

Jadi hari Jumat ini bukanlah hari Paskah tetapi memang sesuai namanya yaitu hari Jumat Agung, sedangkan hari raya PAskah sendiri ialah hari Minggu yang merupakan hari kebangkitan-Nya, seperti yang dinubuatkan yaitu 3 hari setelah kematian-Nya maka DIA akan bangkit. Rangkaian hari raya ketiga ialah 40 hari setelah Paskah, maka Yesus Kristus naik ke Sorga yang diperingati sebagai hari raya Kenaikan Yesus Kristus untuk kembali ke Sorga. 

Tidak berhenti sampai disitu saja, karena kemudian 10 hari setelahnya atau lebih tepatnya hari ke-50 dari Paskah diperingati sebagai hari raya Pentakosta atau hari turunnya Roh Kudus yang menjadi Penolong bagi setiap umat kristiani yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. 

Rangkaian hari raya Jumat Agung, dilanjutkan dengan Paskah, kemudian Kenaikan dan sampai hari Pentakosta menjadi rangkaian dari hari raya yang memiliki makna dan menjadi refleksi bagi umat kristiani. Dengan kata lain, Jumat Agung ini menjadi rangkaian pembuka dari beberapa hari raya berikutnya dalam peringatan hari raya umat kristiani saat ini. 

Paling tidak kita bisa menghayati makna setiap hari raya karena tentu berbeda-beda esensinya, misal antara Jumat Agung dengan Paskah (memang terkait tetapi memiliki makna yang berbeda). 

Tahun ini, peringatah Jumat Agung memiliki refleksi tersendiri bagi penulis, karena harus beribadah di rumah dan bukan dalam persekutuan jemaat. 

Ditambah lagi, untuk pertama kalinya perjamuan kudus dilakukan bersama keluarga saja tidak dalam lingkup ibadah persekutuan bersama jemaat lainnya. Jika dicermati lebih dalam, sebenarnya ibadah keluarga menjadi awal dari persekutuan pada jemaat mula-mula setelah kenaikan Yesus Kristus ke Sorga. 

Oleh karenanya persekutuan orang percaya dalam lingkup keluarga itulah awal dari gereja mula-mula. Hal ini seakan sedang diingatkan kembali kepada kita, bahwa gereja bukanlah gedungnya tetapi gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang beribadah kepada Tuhan, bahkan meskipun hanya 2 orang yaitu suami dan istri sebagai sebuah keluarga, maka itulah yang disebut gereja.

Pergeseran arti gereja yang seolah merujuk pada datang kepada suatu tempat atau gedung mungkin yang menyebabkan bagi sebagian orang yang namanya ibadah adalah pergi ke gedung gereja dan beribadah disana. 

Padahal, esensi dari gereja itu bukan gedung atau tempatnya tetapi justru persekutuan orang-orang di dalamnya apakah benar-benar mengalami ibadah dan perjumpaan pribadi dengan Pencipta-Nya. 

Dari situasi saat ini tentu sebenarnya kita kembali diingatkan bahwa ibadah itu tidak dibatasi oleh tempat atau bangunannya, karena ibadah itu adalah perjalanan rohani dan juga pengenalan serta persekutuan orang percaya kepada Pencipta-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya hal ini menjadi bagian refleksi bagi kita dalam merayakan hari raya Jumat Agung, karena kita sebenarnya tetap pergi ke gereja yaitu bersekutu dengan orang-orang percaya yang adalah keluarga kita sendiri.

Selamat memperingati Hari Jumat Agung

Jumat, 10 April 2020

-dny-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun