tiga hari yang lalu di sebuah halte
/2/
-berjanjilah, jangan mencari sorga di tanah rantau! sebab, telah kuberi sorga sebelum keberangkatanmu, ucapmu dengan penuh linang air mata saat memberangkatkanku
-aku berjanji! percayalah, sorgamu di atas segala sorga.
-ah, jangan merayuku!
-sungguh! ini bukan rayuan, sejujurnya aku ingin mengukirmu dalam puisi tetapi aku tak bisa!
-mengapa? apakah aku tak layak kau pahat menjadi setubuh puisi?
-aduhai sayang! bagaimana mungkin aku bisa mengukirmu menjadi puisi, sedang matamu ialah puisi, senyummu ialah puisi, ujarmu ialah puisi! sungguh semua tentangmu ialah puisi terindah!
-ah, gombal!
percakapan kita terhenti, ketika bus datang. Lalu aku terpekur pada semacam renung; adakah sorgamu sebenar sorga yang agung?
di gereja pukul 24.00 Wib