Mohon tunggu...
Ali Mahfud
Ali Mahfud Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan, politik, sepak bola, dan penikmat es kelapa muda

Alam butuh keseimbangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ucapannya Sering Kontroversi, "Plintirable", Kenapa Tidak Ada Yang Berani Melaporkannya?

4 Desember 2019   04:59 Diperbarui: 4 Desember 2019   06:07 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal Cak Nun? 

Di dunia ini tidak ada yang tidak kenal Cak Nun. 

Terlalu tinggi memang pujian ini. Tapi, ini sejatinya bukan pujian. 

Ini realita.

Ini kenyataan.

Cak Nun tidak pernah mau disebut kyai. Walaupun semua orang tahu keilmuannya setara kyai.

Cak Nun tidak pernah disebut ustad. Walaupun kearifannya melebihi ustad.

Cak Nun tidak mau disebut tokoh agama atau apa pun yang berbau label keagamaan.

Ia memilih disebut budayawan.

Ia malah senang menyebut dirinya a*u.

Cak Nun suka ceplas ceplos kalau bicara. Kesannya seperti itu. Padahal omongannya semua berdasarkan ilmu.

Tapi Cak Nun tidak pernah mengumbar dalil jor-jorkan ketika mengeluarkan ilmunya pada para jam'iyah maiyahan yang setia mendengar celotehannya.

Pernah suatu kali, dalam sesi tanya jawab, Cak Nun ditanya soal rokok. 

Rokok itu kan makruh, kata si penanya.

Mendapati pertanyaan macam itu, Cak Nun tidak langsung memberi jawaban. Ia memilih menyalakan rokok yang kemudian disambut gelak tawa jam'iyah yang hadir. 

Cak Nun bahkan sempat melempar senyum pada si penanya setelah menghembuskan asap rokok dari dalam mulutnya.

Ngece!

Bayangkan, ada seorang tokoh yang sebagian besar meyakininya sebagai tokoh agama, tapi dirinya memilih disebut budayawan, ditanya semacam itu malah "mengejek" si penanya. Apa gak kebangetan?

Tapi anehnya tidak ada satu pun orang, apa lagi buzzer, yang memblow up tingkah tengil Cak Nun itu. 

Tidak ada yang membesar-besarkan "ejekannya" itu. 

Tidak ada satu pun media yang mencari untung dari perkara receh yang pasti menghasilkan materi berlimpah ruah.

Kenapa?

Saya coba melakukan riset. 

Riset kecil-kecilan lah. 

Saya ketikan kalimat "kontroversi Cak Nun" di channel youtube.

Hasilnya?

Tidak ada satu pun video yang berjudul atau pun berisi kontroversi Cak Nun.

Aneh!

Sangat aneh!

Hampir setiap hari Cak Nun ceramah. Hamper setiap hari Cak Nun bicara sampai berjam-jam. Pasti, logikanya, seharusnya ia pernah kepleset atau salah omong.

Manusiawinya kan begitu. 

Tidak mungkin orang yang banyak omong tidak pernah melakukan kesalahan dalam omongannya. 

Yang sekali ngomong langsung salah saja banyak, masa Cak Nun yang kerjaanya ngomong setiap hari gak pernah salah. Itu yang disebut aneh.

Cak Nun juga pernah menyindir megawati. Jokowi apa lagi. Prabowo juga kena sindir.

Cak Nun pernah kedatangan waria dalam maiyahnya. Namun, tak ada, tuh, berita yang mengekspos atau malah memelintirnya menjadi bahan berita receh di media nasional atau pun media sosial. Padahal pendukung Megawati, Jowoki dan juga Prabowo itu semuanya pendukung garis keras.

Tidak jarang orang yang dianggap menghina Jokowi kemudian dilaporkan dan masuk bui.

Tidak jarang orang yang menyerang Prabowo dihujat dan dilaknat. Tapi kalau Cak Nun yang melakukan kok tidak ada yang berani?

Aneh, kan?

Harusnya ada dong, minimal satu hari lah berita itu heboh di semua media. Bukankah sudah menjadi kewajiban jam'iyah netizen untuk menghujat umat manusia?

Berkali-kali, bertahun-tahun Cak Nun menjalankan maiyah dengan ribuan bahkan jutaan orang. 

Mereka tertawa bersama, menertawakan politisi, menertawakan kebodohan orang lain tanpa membodohkan orang lain.

Tak ada yang tahu pasti kenapa Cak Nun bisa kebal netizen.

Tak ada yang tahu pasti kenapa Cak Nun bisa ditakuti orang se Indonesia.

Tapi yang pasti Cak Nun tidak pernah punya kepentingan dengan ucapannya.

Cak Nun tidak pernah punya kepentingan dengan olokkannya terhadap pemerintah.

Cak Nun tidak pernah punya kepentingan terhadap apa pun dan siapa pun.

Kepentingan Cak Nun hanya satu kebaikan untuk bangsa Indonesia.

Mungkin itu sebabnya ia ditakuti semua orang Indonesia. Bahkan mungkin dunia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun