Tapi tantangan itu tak pernah bersambut. Beliau terlalu pintar untuk otak kami yang merayap senyap.
Selain cerdas dan menguasai materi yang ia ajarkan, beliau juga lucu. Bahkan suka melucu.Â
Pernah suatu hari ia memotong kumisnya sebagian dan hanya menyisakan bagian tengahnya saja.Â
Mirip pemain srimulat.Â
Dengan PDnya ia masuk ke tiap kelas. Sudah bisa ditepak, semua siswa menyorakinya.Â
Tapi ia tak marah.Â
Tak juga dendam.Â
Kami tahu ia lucu.Â
Kami tahu ia sedang melucu.Â
Dan itu berhasil membuat kami terpingkal-pingkal.
Tapi entah kenapa esoknya ia babat habis sisa bulu kumisnya hingga bersih tak bersisa. Sampai saat ini, itu masih menjadi misteri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!