GMNI ada sebagai organisasi kampus yang bersifat independen dan tetap berada di jalur ideologi marhaenis, bahkan karakteristik ideologi marhaenis di GMNI sama dengan yang diungkapkan bung Karno. Sosio-nasionalis yang berarti GMNI berfaham nasionalisme, tetapi nasionalis yang memiliki watak sosial. Sosio-demokratis, demokratis yang memiliki watak sosial atau demokrasi politik. Bukan hanya demokrasi yang hanya sewenang-wenang karena dia membutuhkan reputasi, tetapi demokrasi yang menyelamatkan kaum marhaen.
       Marhaenisme artinya susunan ideologi yang menghendaki dan memperjuangkan masyarakat  dengan tujuan menyelamatkan masyarakat dari kehidupan yang terpuruk serta serba kekukarangan. Kendati bisa dikatakan bahwa marhaenisme adalah suatu upaya menghancurkan setiap kapitalisme dan imperealisme.Â
Masih tetap menurut bung Karno, marhanisme dapat dikatakan sebagai cara berjuang kaum marhaen. Ia menjelaskan berjuang bukan sembarang berjuang, tetapi harus konkrit dan rasional artinya ada strategi yang eksplisit demi mendapatkan hasil bagi kaum proletar. Satu barisan kaum marhaen yang radikal dan marhaenistis.
       Lantas, apa hubungannya dengan Pemalang yang sangat renggang bahkan tak tau menau dengan ideologi marhaenis? Tugas saya sebagai penulis hanyalah ingin memperkenalkan dasar-dasar dari marhaenis, kendati menemukan persuasi yang sesuai dengan kehidupan di Pemalang.Â
Kesedihan dimana-mana, jalanan yang hanya dibenahi saat pesta demokrasi, pengangguran yang hanya diberi harapan oleh pemegang kekuasaan, bahkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan daya saing terendah. Kendati ideologi marhaenlah yang paling cocok diterapkan di Pemalang, sehingga demokrasi akan terbenah dan persatun disatukan melalui sosio-demokrasi.
       Kemudian saya gambarkan jika pemerintah pro dengan ideologi marhaenis, proletar diperjuangkan, kapitalisme kandas bahkan lekang dengan nasibnya yang semena-mena. Satu barisan marhaen yang radikal, artinya maju dalam fikiran serta bertindak. Dekonstruksi Pemalang tentu menemukan makna baru yang bernama perjuangan kaum marhaenis atau kaum petani melarat serta kaum melarat lainnya. Kemudian dekonstruksi dalam menggapai makna maru untuk Pemalang berupa perjuangan kaum marhaenis.
Penulis : Dani R.      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H