Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lupakan Kontroversi Wasit, Saatnya Berbenah dan Fokus Lawan China

12 Oktober 2024   08:59 Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:01 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen saat Ragnar Oratmangoen berhasil mencetak gol ke gawang Bahrain. | Foto: KOMPAS.COM

Timnas Indonesia nyaris meraih kemenangan perdana di Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sempat unggul atas tuan Bahrain 1-2, tuan rumah mampu menyamakan kedudukan di menit akhir. Skor imbang 2-2.

Dramatis, kata tersebut cocok untuk menggambarkan pertandingan antara Bahrain melawan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Bagaimana tidak? Indonesia berhasil comeback, akan tetapi di detik terakhir anak asuhan STY gagal mempertahankan kedudukan.

Laga sendiri berjalan cukup seru. Di babak pertama, bisa dilihat jika Bahrain sangat dominan. Di sisi lain, Indonesia sulit mengembangkan permainan. Thom Haye mendapatkan penjagaan khusus sehingga sulit mengatur ritme pertandingan.

Di babak pertama, Bahrain bahkan melakukan sepuluh tembakan ke gawang. Sementara Indonesia masih nol. Gol Bahrain tercipta pada menit ke-15. M. Mahroon berhasil menjebol gawang Maarten Paes melalui tendangan bebas.

Kiper asal FC Dallas itu tidak berkutik dengan tendangan Mahroon. Dalam tayangan ulang, sepakan Mahroon begitu keras. Bola lalu membentur tiang bagian dalam dan telah melewati garis gawang.

Selepas gol tersebut, Timnas Indonesia masih belum berkembang. Akan tetapi, dari sisi pertahanan masih cukup solid. Lima menit menjelang laga berakhir, permainan Indonesia mulai berkembang. 

Pada menit ke-41, berawal dari crossing Ivar Jenner, Ragnar Oratmangoen berhasil memanfaatkan bola liar dan menyamakan kedudukan menjadi 1-1. 

Hingga akhir babak pertama, skor 1-1 tidak berubah.

Di babak kedua, STY melakukan rotasi dengan memasukan pemain anyar yakni Eliano Reijnders. Jordi Amat pun diganti Rizky Ridho. Sementara itu, Ragnar dan Struick bertukar posisi. Struick bermain lebih melebar.

Thom Haye pun bermain lebih leluasa dan bisa mengatur tempo di lini tengah. Gol Indonesia tercipta di menit ke-74. Melalui serangan balik, Thom Haye memberikan umpan pada Struick.

Struick langsung mengeksekusi bola dan bola meluncur ke tiang jauh. Kiper Bahrain hanya terdiam melihat bola meluncur ke gawang sendiri. Indonesia berhasil unggul 1-2.

Ketika laga memasuki tambahan waktu, wasit asal Oman memberikan waktu 6 menit. Akan tetapi, hingga menit 98, wasit belum meniup peluit juga. Akhirnya Bahrain mampu menyamakan skor pada menit ke-99.

Setelah gol tercipta, ketika Indonesia membagi bola wasit langsung meniup peluit panjang. Ini menjadi perdebatan di media sosial, seharusnya wasit meniup peluit sejak menit 96.

Hal itu karena dalam waktu tambahan waktu, tidak ada insiden apapun. Bahkan Marselino yang terjatuh di kotak penalti pun dibiarkan. Artinya, tidak ada alasan untuk menambah waktu lagi karena tidak banyak waktu terbuang.

Netizen semakin panas tak kala Bahrain mencetak gol, wasit langsung meniup peluit panjang. Dengan hasil itu, banyak netizen yang kecewa atas kepemimpinan wasit.

Di sisi lain, untuk AFC sendiri seharusnya menempatkan wasit dengan netral. Pada laga kemarin, Bahrain merupakan tim dari Timur Tengah dan wasit pun berasal dari tempat yang sama. Untuk menghindari konflik kepentingan, tentu hal ini harus diperhatikan.

Fokus dan berbenah

Pada laga melawan Bahrain kemarin, tentu kita harus apresiasi para pemain. Utamanya para pemain tidak terprovokasi lawan. Tentu ini di luar kejadian setelah permainan usai.

Hal itu karena Bahrain dinilai memainkan tempo dengan cara mencari banyak pelanggaran. Sehingga sentuhan minim saja bisa berbuah pelanggaran. Selain itu, reaksi mereka saat mendapatkan pelanggaran berlebihan.

Hasilnya dari statistik menunjukkan Indonesia melakukan fouls sebanyak 27 kali. Sementara Bahrain hanya 10 kali. Tentu yang paling diingat adalah ketika Struick didorong di depan wasit, tapi wasit justru memberikan drop ball bukan pelanggaran.

Provokasi yang dilakukan Bahrain tersebut bisa dibilang gagal. Hal itu karena pemain kita tidak terpancing emosi. Hal ini berbeda jika kita melihat ke belakang saat melawan Thailand atau Vietnam. Saat itu pemain lebih gampang terprovokasi sehingga banyak melakukan pelanggaran tidak perlu bahkan berujung kartu merah.

Dari sisi ini, kita harus apresiasi. Artinya ada peningkatan mental para pemain. Selain tidak terprovokasi, mental pemain juga tidak jatuh hal itu bisa dibuktikan dengan berbalik unggul.

Di sisi lain, ada sejumlah hal yang perlu dievaluasi. Salah satunya adalah peluang untuk melakukan kill the games. Bisa dilihat ketika Indonesia melawan serangan balik. Ada momen dua lawan dua di mana Marselino bebas tanpa pengawalan.

Hanya saja, Witan gagal memberikan umpan sehingga gagal menjadi peluang berbahaya. Jika saja hal itu bisa dieksekusi dengan baik, maka kejadian kemarin bisa dihindari 

Momen lainnya adalah ketika Marselino mendapatkan peluang dan tinggal satu bek lawan. Hanya saja Marselino terlihat menjatuhkan diri. Padahal andai saja hal itu bisa dimanfaatkan dengan baik, hasil berbeda akan kita raih.

Tentunya yang terakhir adalah fokus. Saat sepak pojok pada menit akhir, para pemain kurang fokus sehingga gol terjadi. Seharusnya selama wasit belum meniup peluit panjang pemain harus tetap fokus. Aspek-aspek itu semoga bisa diperbaiki saat melawan China.

Laga melawan China nanti menjadi momen penting bagi anak asuhan STY untuk bisa mendulang tiga poin. Hal itu karena Indonesia lebih diuntungkan. Indonesia tiba lebih cepat daripada tuan rumah. Tentu waktu tersebut bisa digunakan untuk pemulihan para pemain.

Di sisi lain, para pemain juga tidak usah memikirkan kejadian kemarin dan lebih fokus pada laga melawan China. Kuncinya adalah Indonesia harus bermain efektif dan memanfaatkan setiap peluang yang ada.

Dari sisi pertahanan cukup solid. Dua gol yang terjadi saat melawan Bahrain bukan dari skema open play. Akan tetapi, untuk lini depan harus bisa memanfaatkan peluang sekecil mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun