Struick langsung mengeksekusi bola dan bola meluncur ke tiang jauh. Kiper Bahrain hanya terdiam melihat bola meluncur ke gawang sendiri. Indonesia berhasil unggul 1-2.
Ketika laga memasuki tambahan waktu, wasit asal Oman memberikan waktu 6 menit. Akan tetapi, hingga menit 98, wasit belum meniup peluit juga. Akhirnya Bahrain mampu menyamakan skor pada menit ke-99.
Setelah gol tercipta, ketika Indonesia membagi bola wasit langsung meniup peluit panjang. Ini menjadi perdebatan di media sosial, seharusnya wasit meniup peluit sejak menit 96.
Hal itu karena dalam waktu tambahan waktu, tidak ada insiden apapun. Bahkan Marselino yang terjatuh di kotak penalti pun dibiarkan. Artinya, tidak ada alasan untuk menambah waktu lagi karena tidak banyak waktu terbuang.
Netizen semakin panas tak kala Bahrain mencetak gol, wasit langsung meniup peluit panjang. Dengan hasil itu, banyak netizen yang kecewa atas kepemimpinan wasit.
Di sisi lain, untuk AFC sendiri seharusnya menempatkan wasit dengan netral. Pada laga kemarin, Bahrain merupakan tim dari Timur Tengah dan wasit pun berasal dari tempat yang sama. Untuk menghindari konflik kepentingan, tentu hal ini harus diperhatikan.
Fokus dan berbenah
Pada laga melawan Bahrain kemarin, tentu kita harus apresiasi para pemain. Utamanya para pemain tidak terprovokasi lawan. Tentu ini di luar kejadian setelah permainan usai.
Hal itu karena Bahrain dinilai memainkan tempo dengan cara mencari banyak pelanggaran. Sehingga sentuhan minim saja bisa berbuah pelanggaran. Selain itu, reaksi mereka saat mendapatkan pelanggaran berlebihan.
Hasilnya dari statistik menunjukkan Indonesia melakukan fouls sebanyak 27 kali. Sementara Bahrain hanya 10 kali. Tentu yang paling diingat adalah ketika Struick didorong di depan wasit, tapi wasit justru memberikan drop ball bukan pelanggaran.
Provokasi yang dilakukan Bahrain tersebut bisa dibilang gagal. Hal itu karena pemain kita tidak terpancing emosi. Hal ini berbeda jika kita melihat ke belakang saat melawan Thailand atau Vietnam. Saat itu pemain lebih gampang terprovokasi sehingga banyak melakukan pelanggaran tidak perlu bahkan berujung kartu merah.
Dari sisi ini, kita harus apresiasi. Artinya ada peningkatan mental para pemain. Selain tidak terprovokasi, mental pemain juga tidak jatuh hal itu bisa dibuktikan dengan berbalik unggul.