Sebelum Liga 1 musim 2024/2025 dimulai, para pemain lokal menyuarakan keresahannya atas regulasi kuota pemain asing. Dalam aturan terbaru, kuota pemain asing ditambah dari enam menjadi delapan pemain.
Sontak hal itu memicu protes dari pemain lokal. Melalui media sosial pribadinya, para pemain lokal mengekspresikan keresahan tersebut dengan mengunggah postingan berlatar latar hitam dengan satu pertanyaan, ini sepak bola Indonesia?
Meski kuota pemain asing ditambah, akan tetapi dalam permainan klub hanya boleh memainkan enam pemain saja. Tak hanya itu, PT LIB juga menerapkan regulasi agar klub memainkan pemain U-23 selama 45 menit.
Alasan PT LIB menambah jumlah kuota pemain asing adalah untuk meningkatkan kualitas liga. Di sisi lain, kekhawatiran pemain lokal yang "terancam" menit bermainnya cukup masuk akal.
Mengingat kuota pemain asing mengisi posisi penting seperti pemain belakang, gelandang, hingga penyerang. Bahkan kini banyak klub Liga 1 yang mulai memakai kiper asing.
Persaingan pemain
Tidak bisa dipungkiri, alasan penambahan kuota pemain asing memang bisa meningkatkan persaingan khususnya di internal tim. Apalagi, kini posisi kiper yang biasanya diisi pemain lokal mulai diisi pemain asing. Di sinilah persaingan internal setiap tim bisa dilihat.
Secara kualitas, mungkin pemain asing di atas pemain lokal kita. Kedatangan mereka diharapkan agar pemain lokal kita bisa terpacu karena ada standar yang cukup tinggi agar bisa bermain reguler.
Dilihat dari sisi ini, tentu hal ini sehat karena persaingan di dalam olahraga adalah hal yang wajar. Di sisi lain, pos-pos penting seperti pemain depan mulai tergeser karena mayoritas klub memilih pemain asing.
Tentu klub dan pelatih tidak ingin ambil risiko. Jadi, dengan memasang pemain asing seolah menjadi jaminan lini depan bisa gacor. Maka tidak heran jika STY sempat mengeluh soal pemain depan. Hal itu karena pemain lokal tergeser oleh pemain asing di posisi yang vital.
Akan tetapi, menciptakan persaingan dengan mendatangkan pemain asing sepertinya mulai terlihat. Meski menyimpulkan terlalu dini, pemain lokal kita terutama striker sudah menunjukkan tajinya.
Apalagi pemain-pemain ini menjadi langganan Timnas Indonesia. Sebut saja Dimas Drajad, Sananta, Hokky Caraka, hingga Malik Risaldi. Pemain-pemain tersebut sudah menunjukkan tajinya di lini depan klub masing-masing.
Dimas Drajad sebelumnya bermain untuk Persikabo. Setelah Persikabo degradasi, Dimas Drajad memilih bergabung dengan Persib Bandung. Di laga debutnya saat melawan PSPS biak, Dimas Drajad tampil cukup apik dengan mencatatkan satu assist. Laga tersebut berakhir 4-1 untuk kemenangan Persib.
Pada pertandingan melawan Dewa United, lagi-lagi Dimas Drajad terlibat dalam proses terjadinya gol. Dari dua gol yang diciptakan Persib, Dimas ikut terlibat dengan satu umpan kunci dan satu assist.
Dimas akhirnya pecah telur saat Persib melawan Arema FC. Gol Dimas tersebut membuat Persib terhindar dari kekalahan.
Di laga melawan Persija, Dimas Drajad kembali unjuk gigi. Kali ini ia berhasil mencetak gol dan membawa Persib Bandung meraih kemenangan dengan skor 2-0.
Dari enam laga yang dijalani bersama Persib, Dimas Drajad sudah mengoleksi dua gol dan dua assist. Tentu capaian ini mengesankan. Apalagi pada musim lalu, Persib sangat bergantung pada David da Silva.
Kini Dimas Drajad menjadi opsi paling ideal ketika David da Silva tidak bermain. Dengan kontribusi dua gol dan dua assist, statistik itu membuktikan jika Dimas bisa bersaing di lini depan Persib yang diisi oleh duo Brazil.
Selain Dimas, striker lain yang menjadi langganan Timnas Indonesia adalah Ramadhan Sananta. Sananta saat ini membela Persis Solo. Dari enam laga yang dilalui, Sananta berhasil mengoleksi satu gol saat Persis Solo menghancurkan Madura United.
Di sisi lain, andai saja performa Persis lebih baik, mungkin saja Sananta bisa mencetak gol lebih banyak. Hal ini bisa dilihat ketika ia bermain untuk PSM Makassar. Kala itu Sananta berhasil mencetak double digit gol.
Meski begitu, setidaknya dalam setiap musim Sananta selalu konsisten mencetak gol baik bersama Persis maupun PSM Makassar.
Striker lokal lainnya yang unjuk gigi adalah Hokky Caraka. Hokky yang berseragam PSS Sleman bermain apik. PSS sendiri mengawali start di Liga 1 dengan mengkhawatirkan. PSS bahkan memulai liga dengan poin minus tiga.
Selain itu, PSS juga mengalami tiga kekalahan beruntun di awal musim. Mirisnya lagi, PSS tidak mampu mencetak satu gol pun. Poin perdana Skuad Elang Jawa diraih saat menjamu Borneo FC.Â
Saat itu, skor imbang 1-1. Akan tetapi, sebelum mencetak gol, PSS sulit mencari peluang. Sampai akhirnya Hokky Caraka menjadi jawaban. Meski gol yang terjadi tercatat sebagai gol bunuh diri, akan tetapi ada andil dari Hokky Caraka.
Di laga terakhir saat melawan Arema FC, Hokky berhasil mencetak brace dan membawa kemenangan perdana bagi Elang Jawa. Dengan kemenangan itu, kini poin PSS Sleman tidak minus lagi.
Satu lagi pemain lokal yang unjuk gigi adalah Malik Risaldi. Malik pada musim lalu bermain untuk Madura FC. Malik berhasil mencetak 12 gol dan empat assist. Dengan statistik itu, STY sempat memanggil Malik Risaldi.
Kini, Malik berseragam Persebaya. Meski tidak tampil di awal karena cedera, Malik berhasil mencetak brace dan membawa Persebaya comeback atas Persis Solo.
Pekan depan, Liga 1 sudah memasuki pekan ke-7. Tentu harapannya adalah para pemain lokal itu bisa tetap konsisten dan menjadi andalan di klub masing-masing. Setidaknya di pekan ke-6 ini, taji striker pemain lokal sudah terlihat dan bisa bersaing dengan pemain asing. Terkhusus untuk pemain yang berlabel Timnas Indonesia.
Meski kuota pemain asing ditambah, striker lokal kita tetap bisa bersaing. Khusus untuk nama-nama tadi, ada peran dari pelatih striker di Timnas Indonesia. Setidaknya untuk kompetisi lokal sudah terlihat hasil tersebut.
Ke depannya, para pemain terus konsisten dan bisa menjadi opsi lini serang Timnas Indonesia. Karena muaranya adalah timnas. Apalagi saat ini lini depan timnas Indonesia krisis pemain depan. Semoga saja pemain lokal yang mulai gacor ini menjadi jawaban di tengah kebuntuan lini depan Timnas Indonesia.
Kompetisi lain
Seperti yang sudah dibahas di atas, ada dua hal penting yang perlu digarisbawahi yaitu jumlah kuota pemain asing dan regulasi memainkan pemain U-23.Â
Penulis sendiri berpendapat alangkah lebih baiknya PSSI membuat kompetisi lain seperti Copa Indonesia yang telah lama mati. Dengan adanya kompetisi lain, pelatih bisa merotasi pemain dan pemain yang minim mendapatkan menit bermain bisa perform di sana.
Adanya kompetisi lain bisa memberikan jaminan bermain bagi pemain lokal yang mulai tergeser itu. Ini menjadi alternatif bagi pelatih untuk merotasi pemain karena terlalu mengandalkan satu pemain di kompetisi reguler jelas tidak baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H