Begitu juga gol kedua Spanyol. Cucurella tidak terkwal sebelum akhirnya mampu mengirimkan umpan ke dalam kotak penalti. Oyarzabal lolos dari jebakan offside dan mampu menjebloskan bola ke jala gawang Pickford.Â
Di sisa laga, Inggris mencoba menekan. Satu peluang emas terjadi malaui skema sepak pojok. Unai Simon berhasil menepis tandukan pertama. Kemudian datang tandukan kedua yang tak mampu dibendung, beruntung masih ada Dani Olmo yang bisa menghalau bola.Â
Hingga babak kedua usai, Spanyol bisa mempertahankan keunggulan dan keluar sebagai juara untuk keempat kalinya. Inggris harus puas di posisi runner-up.Â
Kembali gagal
Pada Piala Eropa 1996, andai saja sepakan penalti Gareth Southgate tidak membentur tiang, mungkin saja Inggris juara.Â
Satu-satunya gelar juara internasional Inggris adalah Piala Dunia 1966. Tiga dekade kemudian, Inggris menjadi tuan rumah Piala Eropa. Dan tentu saja itu adalah momen yang tepat membawa sepak bola pulang ke rumahnya.Â
Hanya saja Inggris terhenti di semifinal kalah lewat babak adu penalti saat bersua Jerman. Gareth Southgate yang saat itu masih berusia 26 tahun gagal menunaikan tugasnya dengan baik.Â
Southgate lalu berusaha memulangkan sepak bola ke tanah Inggris. Kali ini bukan sebagai pemain, tapi sebagai pelatih. Kesempatan itu datang seperempat abad kemudian yaitu Piala Eropa 2020.
Inggris berhasil ke final. Akan tetapi, Inggris kalah oleh Italia. Slogan football is coming home berubah menjadi football is coming to Rome.Â
Kesempatan kedua datang. Southgate lagi-lagi berhasil membawa Inggris ke final Piala Eropa alias back to back. Hanya saja, lawan Inggris tidak mudah yaitu Spanyol.Â
Terbukti, Inggris gagal menang dan harus puas menjadi runner-up dua kali beruntun. Lagi dan lagi, sepak bola gagal pulang ke tanah Inggris. Sudah hampir enam dekade, Inggris tidak pernah juara lagi baik di Piala Dunia atau Piala Eropa.Â
Sepak bola seakan menjauh dari tanah Inggris. Lalu, butuh berapa tahun lagi untuk memulangkan sepak bola ke Inggris? Entah. Hanya waktu yang bisa menjawab.Â