Indonesia harus mengakui Vietnam di final Piala AFF U23 lewat drama adu penalti dengan skor 5-6. Secara mengejutkan, Ernando Ari jadi penendang keenam dan sepakannya gagal.
Sepanjang laga final, kedua tim bermain apik. Coach Shin Tae-yong mengambil keputusan berani dengan menyimpan Ramadhan Sananta dan Kelly Stroyer.Â
Tentu harapannya kedua pemain itu bisa menjadi kartu AS di babak kedua nanti. Di babak pertama, Vietnam berhasil mendapat hadiah penalti pada menit ke-32.
Banyak yang berdebat soal keputusan itu. Ada yang menyebut jika pemain Vietnam melakukan diving. Beruntungnya, Ernando Ari mampu menepis tendangan penalti tersebut dan skor tetap 0-0 hingga babak pertama usai.Â
Di babak kedua, Ramadhan Sananta dan Kelly Stroyer masuk. Jual beli serangan kembali terjadi. Jika di babak pertama Indonesia mendikter permainan, di babak kedua giliran Vietnam yang mendikte.Â
Indonesia harus berterima kasih pada Ernando Ari karena setidaknya dia melakukan enam penyelamatan penting. Andai jika bukan Ernando yang mengisi penjaga gawang, mungkin gawang Indonesia sudah jebol sejak penalti babak pertama.Â
Sementara itu, Indonesia bukan tanpa peluang. Ramadhan Sananta setidaknya berhasil mencat dua tembakan dari skema tendangan bebas.Â
Tendangan pertama masih bisa ditepis. Sementara tendangan kedua membentur mistar gawang. Hingga babak kedua usai, skor 0-0 tidak berubah.Â
Laga harus dilanjutkan ke perpanjangan waktu. Indonesia nyaris saja mencetak gol andai tendangan Stroyer tidak membentur tiang gawang.Â
Tidak ada gol yang tercipta sehingga laga harus ditentukan lewat adu penalti. Di sinilah drama dimulai.Â
Lima penendang Indonesia yaitu, Dewangga, Akhan Fikri, Frenky Misa, Ramadhan Sananta, dan Stroyer sukses merebut jala gawang Vietnam.Â
Tapi, kita dikejutkan dengan penendang keenam. Rupanya STY memilih Ernando Ari untuk menjadi eksekutor.Â
Sayangnya tendangan Ernando berhasil ditepis kiper. Dengan hasil itu, Vietnam berhasil keluar sebagai juara.Â
Lalu, mengapa STY memilih Ernando Ari padahal masih ada pemain lain? Terkait ini, STY pun buka suara.Â
Menurut STY, saat adu penalti kondisi memang tak ideal. Banyak pemain yang kurang bugar. Di sisi lain, pada sesi latihan Ernando Ari memang siap untuk jadi penendang penalti.Â
Indonesia hanya memiliki lima pemain pengganti sementara Vietnam lebih banyak. Bagi STY, itu keuntungan yang dimiliki Vientam.Â
"Vietnam U-23 punya lebih banyak pemain dan itu yang menjadi keunggulan mereka. Penjaga gawang (Ernando Ari) berlatih tendangan penalti pada sesi latihan, tetapi dalam pertandingan sebenarnya ceritanya berbeda," sambungnya.
ApresiasiÂ
Meski gagal, kita harus tetap mendukung Enrnado karena kondisi tim yang tidak ideal mengharuskannya mengambil tanggung jawab tersebut.
Dengan kata lain, dengan siapnya Ernando Ari menjadi penendang penalti, maka ia siap juga dengan risikonya yaitu gagal atau berhasil. Nyatanya, ia gagal.Â
Tapi kita juga jangan lupakan aksi Ernando sepanjang laga. Ingat, banyak penyelamatan penting yang dilakukan Ernando pada laga ini.Â
Jangan sampai satu kesalahan membuat banyak penyelamatannya dilupakan. Orang lupa, jika bukan Ernando yang menjadi kiper bukan tidak mungkin adu penalti tidak akan terjadi.Â
Bukan tidak mungkin juga Indonesia kebobolan banyak gol. Artinya, saru kesalahan Ernando tidak boleh menghapus semua aksi yang ia lakukan khususnya di babak kedua.Â
Terlepas dari hasil ini, Ernando sudah tampil maksimal pun dengan pemain lain. Selain itu, kita juga harus tahu kondisi pemain tidak seperti saat juara SEA Games.Â
Artinya, sejak awal pun Indonesia tidak diunggulkan sama sekali. Tapi, bisa masuk final sudah menjadi capaian yang bagus.Â
Selain itu, jangan sampai ada desakan pada STY untuk mundur karena belum mendapat tropi. Ingat, STY berhasil membawa Indonesia ke Piala Asia melalui kualifikasi pun dengan U20.
Kini, tugas STY meloloksan ke Piala Asia U23. Apa prestasinya lolos ke piala Asia? Jawabannya sederhana, Singapura yang sudah juara 4 kali Piala AFF tidak pernah lolos ke Piala Asia. Lantas apakah kita masih harus berdebat dengan itu?Â
Saya kita tidak. Masyarakat juga harus tahu untuk membentuk timnas kuat tidak mudah. Bukan hanya tugas seorang pelatih tapi tugas federasi juga.Â
Tidak fair rasanya jika terus menyalahkan pelatih tanpa adanya evaluasi dari PSSI mulai dari liga kelompok umur, turnamen lokal dan lainnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H