Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala AFF U23 dan Konflik Pelepasan Pemain yang Terus Berulang

18 Agustus 2023   09:27 Diperbarui: 18 Agustus 2023   13:52 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Sananta saat mencetak gol ke gawang Thailand di final SEA Games 2023. | Foto: antara.com

Piala AFF U23 kembali bergulir. Turnamen kelompok umur antarnegara ASEAN itu kembali digelar di Thailand setelah sebelumnya dihelat di Indonesia. 

Indonesia sendiri tergabung di Grup B bersama dengan Malaysia dan Timor Leste. Rencananya, anak asuhan Shin Tae-yong akan debut melawan Malaysia tanggal 18 Agustus 2023. 

Skuad Indonesia tidak banyak persiapan. Bisa dibilang, persiapan Indonesia terbilang mepet karena baru melakukan pemusatan latihan pada awal Agustus. 

Artinya, Indonesia hanya memiliki waktu kurang lebih dua minggu. Meski begitu, PSSI sendiri tidak memiliki target yang tinggi pada event ini. 

Di balik itu, ada satu permasalahan yang terus berulang, yaitu klub enggan melepas pemain karena Piala AFF tidak masuk kalender FIFA. 

Kritikan para pelatih 

Persija menjadi salah satu klub yang menyumbangkan pemainnya di Piala AFF U23. Hal itu karena Thomas Doll memang lebih memilih pemain muda di Liga 1.

Akibatnya, beberapa pemain inti yang menjadi tumpuan di Liga 1 ikut dipanggil. Salah satunya Rizky Ridho. Ridho memang bemain reguler bersama Persija. Ia tampil apik bersama dengan Kudela. 

Tentu Thomas Doll enggan melelas pilar utamanya itu. Apalagi, Persija juga kehilangan Muhammad Ferrari yang lebih memilih pendidikan kepolisian dan harus absen selama 5 bulan. 

Persija akhirnya memilih untuk tidak melepas Rizky Ridho. Padahal, pemain muda itu menjadi andalan di lini belakang Timnas Indonesia.

Sosoknya yang tenang bisa kita lihat saat Indonesia berhasil menyabet medali emas SEA Games beberapa waktu lalu. 

Jika ditelisik, bukan kali ini saja Thomas Doll enggan melepas pemainnya. Saat TC pemain U20 untuk persiapan Piala Dunia, Thomas Doll pun enggan melepas para pemainnya. 

Apalagi saat itu Doll sempat bersitegang dengan Shi Tae-yong. Doll bahkan menyebut STY sebagai badut.

Alasan Doll tidak ingin melepas pemain karena Piala AFF U23 tidak masuk kalender FIFA. Sementara itu, Doll dan Persija mempunyai target di Liga 1.

Kritikan lain juga datang dari pelatih PSM Makassar Bernando Tavarez. Sama seperti Doll, Tavarez enggan melepas pemain karena Piala AFF tidak masuk agenda FIFA apalagi untuk kelompok umur. 

Di luar itu, respons mengejutkan justru datang dari internal PSSI. Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sumardji menyebut Doll dan Tavarez mempersulit Timnas. 

Apalagi, keduanya mencari nafkah di Indonesia. Jadi, sudah sepatutnya kedua pelatih itu mendukung perkembangan Timnas Indonesia. 

Respons lebih keras dikeluarkan oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir, Erick menyebut jika pemain mau membela Timnas, mengapa klub harus menahan. 

Lebih lanjut, Erick menyebut jika apa yang dilakukan pelatih terkesan meremehkan Timnas Indonesia. Masalah ini makin melebar ketika Erick mempetimbangkan kembali stadion bagi Persija dan PSM. 

Pelatih Indra Sjafri pun meresnpons hal senada, menurutnya, pelatih seharusnya memiliki rencana A dan B. Sehingga jika ada pemain yang dipanggil tidak mengganggu klub di liga. 

Pentingnya liga kelompok umur

Dari kasus di atas, ada ketidaksesuaian antara jadwal dan liga. PSSI seharusnya tahu jika Piala AFF tidak masuk ke dalam kalender FIFA. Untuk itu, mau tidak mau jadwal liga harus menyesuaikannya. 

Persoalan lain adalah pentingnya menit bermain bagi pemain muda. Saat ini, di Liga 1 klub wajib memainkan pemain U23 minimal 45 menit. Tapi, peraturan itu kurang efektif. 

Pemain muda seharusnya memiliki kompetisi sendiri untuk mendapatkan menit bermain. Untuk itu, seharusnya Liga 1 tidak hanya untuk senior. Tapi, harus mencakup kelompok umur mulai dari U17, U19, dan U21.

Usia 23 tahun sudah masuk fase matang, jadi memang sudah sepatutnya bermain reguler di senior. Jadi, ketika ada turnamen kelompok umur, pelatih tinggal memilih pemain yang bermain di liga kelompok umur tersebut. 

Tentunya dengan bermain reguler di liga kelompok umur, para pemain akan mendapat menit bermain lebih. Sayangnya, tidak ada kebijakan yang mengarah ke sana. 

Erick Thohir justru membuat ide jika pemain U20 yang gagal mentas di Piala Dunia kemarin bermain di satu klub. Bagi saya, keputusan itu tidak tepat karena pemain U20 di Indonesia banyak, bukan hanya mereka yang membela Timnas kemarin.

Untuk itu, liga kelompok umur begitu penting. Banyak talenta muda yang gagal di usia matang karena tidak mendapat menit bermain di klub karena harus bersaing dengan pemain asing. 

Apalagi, saat ini Liga 1 memakai 6 pemain asing. Sehingga sulit bagi pemain lokal atau pemain muda untuk menembus skuad utama. Pelatih tentu tidak ingin mengambil risiko karena memiliki target dari klub. 

Jadi, idealnya pemain muda tersebut tampil di liga kelompok umur. Liga yang berjenjang sangat berguna bagi pemain muda untuk mendapatkan menit bermain. 

Sekali lagi, untuk membentuk Timnas yang kuat tidak hanya memperbaiki liga. Tapi, pembinaan kelompok umur yang berjenjang menjadi fondasi kuat bagi Timnas karena di sanalah mereka akan mendapat menit bermain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun