Jika ditelisik, bukan kali ini saja Thomas Doll enggan melepas pemainnya. Saat TC pemain U20 untuk persiapan Piala Dunia, Thomas Doll pun enggan melepas para pemainnya.Â
Apalagi saat itu Doll sempat bersitegang dengan Shi Tae-yong. Doll bahkan menyebut STY sebagai badut.
Alasan Doll tidak ingin melepas pemain karena Piala AFF U23 tidak masuk kalender FIFA. Sementara itu, Doll dan Persija mempunyai target di Liga 1.
Kritikan lain juga datang dari pelatih PSM Makassar Bernando Tavarez. Sama seperti Doll, Tavarez enggan melepas pemain karena Piala AFF tidak masuk agenda FIFA apalagi untuk kelompok umur.Â
Di luar itu, respons mengejutkan justru datang dari internal PSSI. Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sumardji menyebut Doll dan Tavarez mempersulit Timnas.Â
Apalagi, keduanya mencari nafkah di Indonesia. Jadi, sudah sepatutnya kedua pelatih itu mendukung perkembangan Timnas Indonesia.Â
Respons lebih keras dikeluarkan oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir, Erick menyebut jika pemain mau membela Timnas, mengapa klub harus menahan.Â
Lebih lanjut, Erick menyebut jika apa yang dilakukan pelatih terkesan meremehkan Timnas Indonesia. Masalah ini makin melebar ketika Erick mempetimbangkan kembali stadion bagi Persija dan PSM.Â
Pelatih Indra Sjafri pun meresnpons hal senada, menurutnya, pelatih seharusnya memiliki rencana A dan B. Sehingga jika ada pemain yang dipanggil tidak mengganggu klub di liga.Â
Pentingnya liga kelompok umur
Dari kasus di atas, ada ketidaksesuaian antara jadwal dan liga. PSSI seharusnya tahu jika Piala AFF tidak masuk ke dalam kalender FIFA. Untuk itu, mau tidak mau jadwal liga harus menyesuaikannya.Â
Persoalan lain adalah pentingnya menit bermain bagi pemain muda. Saat ini, di Liga 1 klub wajib memainkan pemain U23 minimal 45 menit. Tapi, peraturan itu kurang efektif.Â