Dalam wawancara eksklusif di CNN Indonesia, Surya Paloh menyebut ada upaya penjegalan pencapresan Anies Baswedan. Paloh menyebut hal itu adalah konsekuensi politik yang harus dihadapi.Â
Paloh menyebut dirinya merasakan betul adanya upaya penjegalan tersebut. Ia mengibaratkan penjegalan itu bagaikan angin yang bisa dirasakan, tetapi tak bisa ditangkap. Namun, ia sendiri tidak tahu siapa pihak yang berusaha menjegal Anies.
Nasdem pun enggan bergabung dengan koalisi besar seandainya jika terbentuk. Jika ditarik lagi ke belakang, Jokowi memang kerap mengendorse capres.Â
Bahkan dalam satu pertemuan dengan relawan, Jokowi menyebut jika pemimpin yang memikirkan rakyat adalah si rambut putih. Di sisi lain, Jokowi juga kerap bareng dengan Prabowo dalam beberapa kesempatan.Â
Cawe-cawe Jokowi yang sebelumnya malu-malu kucing kini nyata terlihat. Jokowi pun pernah menyebut jika publik harus tahu bahwa dia adalah seorang politisi dan pejabat publik.Â
Netralitas dan etika politik Â
Tentu apa yang dilakukan Jokowi menuai pro dan kontra di kalangan politisi hingga masyarakat secara umum.Â
Banyak kalangan menyebut jika apa yang dilakukan Jokowi sudah terlalu jauh. Apalagi Jokowi bukan seorang pemimpin partai. Maka, sejatinya ia tidak tepat untuk cawe-cawe pada pilpres kali ini.Â
Selain itu, cawe-cawe Jokowi diragukan murni demi kebaikan bangsa alias tidak netral. Jokowi sering mengendorse capres baik itu Ganjar atau Prabowo dalam beberapa kesempatan.Â
Alasan demi bangsa juga diragukan karena sejatinya Jokowi menginginkan calon presiden nanti mampu meneruskan jejak yang telah ia bangun. Terutama IKN.Â
Jika capres atau cawapres yang terpilih nanti tidak sesuai dengan keinginannya, maka ada kemungkinan proyek besar yang dikerjakan oleh Jokowi mangkrak.
Itulah esensi dari cawe-cawr Jokowi. Jadi apa yang dilakukan oleh Jokowi adalah gelagat seorang politisi, bukan seorang negarawan.