Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ridwan Kamil, Guru Honorer, dan Persoalan Kata Maneh yang Berujung Pemecatan

16 Maret 2023   13:28 Diperbarui: 16 Maret 2023   13:33 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sempat menjadi perbincangan di media sosial. Pangkalnya adalah karena seorang guru honorer yang bernama Sabil dipecat setelah melontarkan kritik pada orang nomor 1 di Jawa Barat itu. 

Sabil berkomentar dalam unggahan terbaru Ridwan Kamil yang memberi apresiasi siswa di Tasikmalaya karena patungan membeli sepatu kepada teman sekelasnya, Selasa (14/3/2023).

Sabil berkomentar dalam bahasa Sunda, "dalam zoom ini, maneh teh keur jadi gubernur jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil???? ("Dalam zoom ini, kamu lagi jadi gubernur atau kader partai atau pribadi)" tulis Sabil.

Hal itu dilontarkan karena RK memakai jas berwarna kuning yang identik dengan Partai Golkar, partai tempat ia bernaung. 

Tak lama setelah itu, RK pun membalas komentar tersebut dalam bahasa Sunda "ceuk maneh kumaha?" (menurut kamu gimana?)

Komentar Sabil di unggahan Ridwan Kamil. | Foto: KOMPAS.COM
Komentar Sabil di unggahan Ridwan Kamil. | Foto: KOMPAS.COM

Di luar dugaan, komentar yang sebenarnya biasa itu berujung pemecatan bagi Sabil. Jika diteliti, banyak yang menyebut apa yang dikatakan Sabil tidak sopan terutama menyebut RK dengan kata "maneh."

Selain itu, beberapa netizen menyebut jika seorang guru sebaiknya memberi contoh yang baik terutama dalam berbahasa. Tapi, menurut saya hal itu berlebihan. 

Bahasa Sunda beragam

Sejak duduk di sekolah dasar, saya dijejali materi muatan lokal, salah satunya bahasa Sunda. Sampai saat ini saya masih ingat dalam bahasa Sunda ada hierarki tersendiri. Atau biasa disebut undak unduk basa sunda. 

Kosa kata dalam bahasa Sunda banyak. Tapi, jika dalam bahasa Inggris dikenal dengan perubahan kata terutama soal waktu, maka dalam bahasa Sunda penekanan kata tersebut tidak demikian. 

Misalnya, kata makan dalam bahasa Sunda memiliki banyak kosa kata. Tapi, kata makan untuk diri sendiri, orang lain (termasuk sesama, junior, dan orang tua) itu berbeda. 

Makan untuk diri sendiri "neda", untuk orang lain "tuang", dan untuk sesama biasanya "dahar." Nah, dalam tingkatan itu maka bahasa Sunda itu ada tiga, yakni lemes (sopan), sedeng (sedang), dan kasar. 

Lalu, di mana letak kata maneh tadi? Apakah masuk dalam kosa kata sopan, sedang, atau kasar? Di daerah saya, khususnya di Bandung, kata tersebut cukup kasar apalagi jika dilontarkan kepada orang yang lebih tua. 

Tapi, berbeda lagi jika kata tersebut dipakai untuk sesama. Maka, pada posisi ini kata "maneh" menjadi bahasa loma alias sedang. Jadi, penggunaan kata maneh tergantung dengan siapa kita bicara. 

Meski begitu, faktanya di beberapa daerah selain Bandung, kata maneh justru halus. Bahkan di beberapa daerah ada yang memakai kata "sia" (kamu) yang mana kata itu sangat kasar di daerah Sunda priangan. 

Tapi, untuk daerah pesisir seperti Banten, kata tersebut biasa alias sedang atau loma. Jadi, kata "maneh" yang disebut kasar tadi bagi saya relatif. Apalagi, guru tersebut berasal dari Cirebon yang mana bahasa Sundanya tidak sama dengan orang Bandung. 

Dengan kata lain, meski sebagian orang menyebut jika kata "maneh" itu disebut tidak sopan, tapi ingat di beberapa daerah tertentu itu hal biasa. Selain itu, jika hanya si guru saja yang disalahkan terkait kata "maneh", bagaimana dengan RK yang memakai kata yang sama? 

Bukankah pejabat juga harus memberi contoh pada rakyatnya? Inilah yang terjadi alias netizen memakai standar ganda. 

Meski begitu, saya sendiri sempat mencari tahu mengapa dialek Sunda bisa berbeda dan memiliki tingkatan seperti itu. Ternyata, hal tersebut merupakab warisan masa kolonialisme.

Selain itu, daerah Sunda Priangan juga terpengaruh Mataram yang mana dari sisi bahasa memakai tingkatan seperti di atas. Mirisnya lagi, saat itu kolonialisme menetapkan bahwa bahasa Sunda priangan adalah patokannya alias resmi. 

Sampai akhirnya, pengkastaan bahasa terjadi sampai saat ini. Mirisnya lagi, yang menentukan itu adalah orang asing bukan orang Sunda sendiri. 

Reaktif 

Bukan kali ini saja RK terlibat adu komen di instagram dengan netizen. Sebelumnya, RK juga sempat terlibat dengan netizen terkait Mesjid Al-Jabbar. Tagar suganteh pinter sempat menggema. 

Sama seperti saat ini, RK kembali menyematkan komentar sehingga dilihat oleh banyak orang. Lalu, apa yang terjadi? Sudah pasti pendukung RK menyerbu komenan tersebut. 

Hal yang sama juga dilakukan oleh RK terhadap Sabil. Entah apa maksud RK selalu menyematkan komentar seperti itu. Apakah ingin dirujak oleh netizen atau bukan? Entahlah.

Tapi yang jelas hal itu menunjukkan jika RK memanfaatkan followersnya. Tidak sedikit juga mereka yang komentarnya disematkan oleh RK diserbu yang mana perilaku itu justru mengarah pada doxing. 

Saya kira, dalam kasus ini RK tidak perlu reaktif yang berujung pada pemecatan guru honorer. Meski sempat menyangkal, tapi menurut pangakuan Sabil, RK mengirim DM pada instansi Sabil. 

Tentu saja meski tidak secara terus terang ada kata memecat, tapi dengan power yang besar sebagai gubernur, maka inilah yang terjadi. RK secara tidak langsung menunjukkan power yang besar. 

Selain itu, pemecatan tersebut juga dinilai tidak sesuai prosedur. Perilaku RK yang reaktif tersebut semakin menunjukkan jika pejabat enggan dikritik. Jika kritik secara sopan tidak didengar dan kasar berujung pemecatan, harus seperti apa kritik itu disampaikan? 

Sekali lagi, terlalu berlebihan jika harus memecat Sabil. Toh jika memang ia salah, hukumannya pun tidak perlu dipecat, cukup diberi peringatan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun