MU besutan Erik ten Haag tengah tampil dalam kondisi percaya diri. MU saat ini berada di posisi ketiga di bawah rival sekotanya Manchester City dan Arsenal.Â
Sebelum laga ini, MU juga berhasil comeback dari Barcelona pada ajang play off babak 16 besar Liga Eropa. Dengan kata lain, MU di atas kertas jauh diunggulkan dari Newcastle.Â
Melihat hal tersebut, tentu laga melawan MU tidak mudah bagi Karius apalagi dalam 5 tahun terakhir kariernya hancur. Plus selama 2 tahun ia hanya menjadi penghangat bangku cadangan.Â
Pada laga tersebut, sebenarnya Newcastle lebih menguasi laga. Hanya saja tidak banyak peluang yang dihasilkan. Di sisi lain, MU masih memakai skema counter attack yang cepat.Â
Dua gol MU lahir bukan dari blunder fatal Karius sebagaimana final Liga Champions 2018. Gol pertama lahir dari skema free kick, Luke Shaw mengirim umpan matang ke dalam kotak penalti dan berhasil disundul Casemiro.Â
Tentu bola jarak dekat tersebut sulit ditepis oleh kiper mana pun. Newcastle kembali kebobolan, kombinasi antara Rashford dan Weghorst berhasil menembus lini pertahanan Newcastle.Â
Sejatinya Karius berhasil menebak arah tembakan Rashford. Hanya saja bola membentur Botman dan gol kedua dihitung sebagai gol bunuh diri Botman.Â
Tampilnya Karius sebagai starter dinilai menjadi titik lemah bagi Newcastle. Karius justru tampil apik. Pada laga itu, MU berhasil melepaskan 14 tembalan ke gawang dan 10 di antaranya on target.Â
Jika Karius tidak tampil apik, sudah tentu MU akan mencetak lebih banyak gol. Seusai laga, Opta mencatat Karius telah melakukan 8 penyelamatan penting sekaligus menjadi yang terbanyak di final Piala Liga (Carabao Cup).
Kejadian serupa juga terjadi satu dekade lalu. Tepatnya di 2012, Tom Heaton pernah membuat penyelamatan sedemikian banyak bagi Cardiff saat meladeni Liverpool.
Salah dua penyelamatan Karius di final Carabao Cup adalah berhasil menahan tendangan keras Werghorst. Di menit terakhir, Bruno Fernandes hampir saja mencetak gol, tapi lagi-lagi Karius berhasil menepis.Â